August 18, 2016

Lucu, dulu.

Bertahun lalu
Pada sepasang matanya
Kutemukan pelangi
Yang bahkan tetap indah pada malam hari

Tanpa aba-aba
Kita terhenti pada titik yang sama
Lalu dewasa menghantarkan kita pada cinta
Tentang bahagianya saling memiliki
Tentang bahagianya berbagi rasa

Suatu hari, kita menemui jalan buntu
Tembok besar bernama restu
Kita terhenti
Untuk kemudian saling mencoba mengerti

Namun perjalanan tak sepenuhnya terhenti
Kita bertemu kembali
Untuk kemudian saling menggali
Menertawakan masa lalu
Tentang sepasang kekasih

Kita pasangan yang lucu
Berkirim surat di era teknologi
Saling menertawakan kebodohan sendiri
Kita menggali, namun tak mengerti, apakah kita bisa kembali.

Kita, pasangan yang lucu, ya
Dulu

June 25, 2016

mengembara

Aku ingin hanyut pada cerita-cerita yang kita mulai dengan sapa, menyelami tingkah lakumu yang selalu menerbitkan tanya, menebas
ranting dari cabang fikiranmu yang kadang suka kemana-mana,

June 10, 2016

merayakan kesedihan

Aku suka melayangkan fikiran jauh kepada hal-hal yang tak mungkin dijamah oleh nyata, tentang menunggu bintang jatuh dan pengharapan yang kekanakan, hingga tentang kesedihan yang menurutku juga patut untuk dirayakan.

Suatu hari, aku tenggelamkan raga pada lembutnya kasur di kamar,

June 3, 2016

Ibii girl

"Permisi mas, ini bangkunya kosong?"
Katanya, sambil menunjuk kursi disebelahku

Aku masih ingat nadanya, suaranya yang saat itu sedikit samar tertutup riuhnya suasana keramaian dan semangat menonton pertunjukan grandfinal sebuah kompetisi komedi di Theater Balai Sarbini, baju kaos lengan panjang berwarna merah muda dan celana jeans panjang menutup lekuk tubuhnya, rambutnya panjang terurai melebihi bahu,

May 24, 2016

Stefani

Bukan kau yang pergi, aku yang akan meninggalkanmu, semoga kau bisa mengukur kedewasaan dan menerima semua ini.



Aku lebih memilih sendirian di rooftop ini, menghabiskan sesap demi sesap batangan nikotin, dari pada membaur di keramaian pesta reuni SMA di ballroom lantai bawah gedung duabelas tingkat ini,

May 8, 2016

Lamunan temu

Tenggelamlah aku dalam lamun, menonton pertunjukan alam, tentang seekor kupu-kupu yang hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya, diantara trotoar setinggi mata kaki, diselimuti juga dengan jingganya langit senja yang kian tua. Disebelah barat, bulan yang sabit menyipit layaknya mata seorang wanita, kian memberanikan diri memunculkan jati diri, lantas jingga senja menggelap dan perlahan hilang. Kupu-kupu yang bertamu pada kembang pun pulang.

Malam bertamu.

Masih dalam lamunku, seluruh penggalan masa-lalu, yang tak mungkin ku padu padan, pada bintang yang terlihat dipermainkan awan, cahaya-cahaya lampu jalan yang kuning, menjadi selimutku yang sudah lebih dulu dihangatkan oleh cangkir kedua dari kopi yang ku pesan disebuah minimarket duapuluh empat jam. Pandanganku beranjak pada kendaraan yang lalu lalang, berbagai pasang mata dengan beragam artian. Bangunan-bangunan yang tinggi yang tidak pernah takut disirami hujan lebih pagi, hingga kepalaku kacau membagi-bagi, pada sudut mana kau berdiri.

Sesap demi sesap batangan nikotin menyala, mengebulkan asap menghantam kepala, kata demi kata, terlintas dikepala, banyak permohonan hati yang tak sampai, tentang yang harusnya dituai, masih belum kutemukan kau, membuatku semakin kacau, entah kau sedang menatap langit pula pada belahan dunia lainnya, atau engkau pun sedang memupuk tanya tentang aku yang tak pula bisa kau raba.

Langit yang dipenuhi puluhan pendar bintang, mengisyaratkan lagu, tentang ragu, aku lalu termanggu, apakah kita masih bisa saling bertemu, atau hanya mampu berbagi cerita lewat hening yang membeku sedingin salju pada desember tahun lalu.

Dimana kau?
Dimana aku?
Kapan dua pasang mata kita akan saling beradu?

Aku tak menuntut jawab, sebab semakin lama, semakin berat getir yang ku kecap, aku hanya menggantung harap,semoga kau mempersiapkan dekap, dan kata-kata manis terucap. Hingga kita siap, menjadi sepasang, dalam terang yang lebih memancar dari siang, dan tak akan usang, setegar karang di laut padang.

Waktu telah lebih dulu memberitakan kepadaku, kita akan menemui titik itu, saat aku sudah memasang sepatu, dan siap mengajakmu melangkah menaiki anak tangga satu persatu. Kemudian pada puncaknya kita akan menyatu.


Ruangkosong
Lamunan temu

Matraman 

April 21, 2016

milkshake vanilla

Diatas meja, dua gelas minuman kita tertata. Bagian luar gelas yang berpeluh jadi pendengar setia kita bercerita tentang keluh. Wajahmu yang malu-malu mulai menjadi panorama favoritku. Obrolan yang hangat mengalahkan cuaca yang siang itu terik dan kendaraan lalu lalang yang berisik, hingga akhirnya percakapan kita menemui titik.


+ : "Apa kau bersedia membantuku?" 

Seketika keningmu mengkerut, seolah berisyarat heran berpadu takut. Kemudian diikuti senyum merekah, menambah satu lagi bahagia yang indah, percakapan kita mulai mencari arah.


- : "Membantu apa?" 

+ : "Alasanku memesan milkshake vanilla ini adalah, aku ingin menikmati manis dari awal hingga akhir sesapannya. Aku lelah dihadapkan pada kopi berulang kali, yang hanya hangat saat pagi, ada ampas saat habis, dan tak diakhiri dengan manis. 
~
Bantu aku menghabiskan milkshake vanilla ini berdua" 


- : "Aku suka vanilla, mari habiskan sisanya berdua"


Senyum kita berulang-ulang hingga senja menjelang, percakapan kita memanjang. entah ini topeng yang sama-sama kita pasang, tapi aku senang, tak ada yang peduli akhir sesapan milkshake vanilla ini, kita hanya menikmati, dan berharap ini berulang setiap hari. 



Terimakasih, milkshake vanilla.



April 12, 2016

menyusul dewi

Masih dalam pandangannya, dari jendela kaca. sebuah pohon akasia yang sedikit condong ke arah barat daya melambaikan dedaunannya, dengan latar langit hitam dan malam yang kian menua. Disela jarinya, sebatang rokok menyala dengan asap yang menari kesini-sana.

Malam ini tak sama

April 11, 2016

junaidi

Dibalik tembok-tembok besar nan tinggi menjulang
Junaidi tersandar sembari mendengar
Bertemankan penasaran dan rasa Keingin tahuan,
Kemudian menghafalkan suara-suara.

Sementara di sisi tembok sebelahnya,
Puluhan anak berseragam rapih
Namun beragam tingkah laku
Belasan meja dan kursi
Juga seorang guru

Banyak kebisingan, terlebih dari murid di susunan meja paling belakang.

Pak guru mulai melantangkan suara,
Hal-hal dan rumus fisika
Kebisingan pun mereda
Dibalik tembok, junaidi gembira

Sesekali junaidi memanjat dan mengintip
Dengan wajah penuh harap, suatu saat ada disana
Kemudian datanglah pak hansip
Meneriakinya dengan nada tinggi "mau maling kamu ya?"


Randy hambali





April 8, 2016

menjamu kedewasaan (aksaRandiAn)

Diantara tegukan alkohol, tiba-tiba terlintas di fikiranku dan langsung mengarahkan wajah kepada lani.

"Menyebalkan ya?" 

"Apanya yang menyebalkan?" lani membalikkan pertanyaan

"Menjadi orang dewasa. Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, maksud gue, kita harus duduk gini dan saling cerita tentang tumpukan masalah, memasang wajah manis padahal didalam teriris-iris. Memikirkan apa yang harus kita makan besok, memilah pakaian berdasarkan undangan, menjalani beberapa kisah cinta yang pada akhirnya mematahkan hati sendiri.mikirin tagihan kredit motor, uang kontrakan, dan mengurus tumpukan berkas untuk uang yang diterima setiap awal bulan, kadang cukup, kadang harus ngutang.

Lo nggak kangen indahnya jadi bocah? .setiap pagi ada sarapan yang udah tersedia, bermain pasir kotor-kotoran, berantem dan baikan keesokan harinya, ada uang jajan tiap hari. Diberi hadiah ketika dapat peringkat di sekolah, bangun di pagi minggu untuk menonton kartun, dari chibi maruko chan sampe wiro sableng. Dicariin emak waktu main hingga menjelang maghrib, terus.." 

Seketika lani memotong ocehanku sambil menenggak minuman yang ada dibotol.

"Iya, menyebalkan memang, tapi lo nggak bisa kayak gini kalo lo masih anak-anak". 
Sambung lani sembari tersenyum dan menyalakan sebatang rokok.

Aku tersenyum kecil sambil mendengarkan lani.

"Menurut gue, dewasa adalah tamu,yaa, tamu akan bersikap manis jika tuan rumahnya pun begitu. 
Tinggal lo aja yang harus jadi tuan rumah yang baik, menjamu kedewasaan dengan kebahagiaan, hal-hal yang lo keluhin ketika dewasa adalah pembelajaran yang memang harus lo konsumsi. Ibarat kita kayak masih sekolah dulu, ada hafalan, latihan PR. Nanti pas pembagian rapot, ketahuan kan siapa yang benar-benar menjamu kedewasaan dengan baik"

Aku nyeletuk
"tapi nggak ada remedial" 

"Remedial cuma untuk orang yang gagal"
jawab lani.

"Gue ngga bakal ngeluh kalo hidup gue baik-baik aja lan" 
kataku sambil mengambil kotak rokok yang ada di meja.

Sambil tersenyum diantara sesapan nikotinnya, lani berkata
"Tandanya lo harus lebih baik lagi dalam menjamu kedewasaan" 




(Sepotong ilustrasi AksaRandiAn)

April 7, 2016

lupa

Entah sudah berapa sesapan batang nikotin yang sedia membantuku, mempusarakan tumpukan rindu yang meraung ingin pulang pada tuannya.

Ratusan hari sudah, aku mencoba

Aku ingin menemui lupa.
Mengusir jejakmu yang kerap menari di kepala.

Tuhan menciptakan kenangan di baris benak, tapi tak menciptakan penghapusnya.

Mencintaimu butuh kesiapan,
Namun aku luput, melupakanmu juga butuh keberanian.


Ruang kosong
Menemui lupa

April 3, 2016

pulang dan ulang

Aku ingin pulang dan mengulang. Menemui kembali sepasang mata cekung yang membuat dunia terhenti untuk beberapa saat. Bermain-main dengan lembut pipi yang tak terlalu sering tertutup taburan kosmetik. Mengecup kembali lingkar bibir pada remangnya lampu ruangan. Membiarkan jemari yang bertamasya hingga bagian dada. Mendekap kembali tubuh mungil yang terasa hangat, menyatukan aroma kita.

Aku ingin pulang dan mengulang,  bernyanyi lagi hingga pagi menjelang, ditemani beberapa sampah bekas nikotin yang berantakan, dua gelas kopi yang menghangatkan, petikan gitar yang kau mainkan. Dan obrolan tanpa tujuan.

Aku ingin pulang dan mengulang, ke pelukmu yang aromanya sedang kurindukan.

Ruang kosong.

Telungkup

Untuk Kesekian kalinya, kutenggelamkan lagi diriku, pada irisan-irisan yang perlahan memaksa air mata membanjiri bantal. Jemari yang dulunya siaga menjadi penyanggah tiap tetesannya, kini entah kemana.
Isak yang kusembunyikan bunyinya, kian menyiksa. bentakan darinya siang tadi masih menyisa di kepala.

Lalu lagu hujan menyamarkan tangisku, nada-nadanya yang jatuh di atap menghiburku, kupenjamkan mata dan berharap tidurku berbunga. Mimpi yang indah, sebab nyata terlalu berat untuk aku papah.



Ruang kosong,
Tangis kecil di kota besar.

ingat, hari ini.

Ingat, hari ini.

Kepalaku terasa panas, aliran darah serasa lebih cepat, pandangan yang kian buram tertutup tebalnya air di pupil mata. Otakku secara otomatis memutar banyak kenangan yang pernah dilalui setahun belakangan, tergambar dengan jelas, pandangan sepasang mata di halaman kampus sore itu, tentang kau yang kala itu masih sulit membedakan mana kiri dan mana yang kanan.

Ingat, hari ini.
Bagian dadaku sesak, nafasku tersengal, badan terasa lemah layaknya orang yang bekerja seharian tanpa henti. Semakin jelas pula kenangan itu, tentang kencan pertama disebuah cafe, yang pada akhirnya menghantar pada sakit hari ini.

Ingat, hari ini.
Tangan dan kaki bergetar hebat, tak terkendali, jemariku semakin kaku menyentuh layar ponsel terlebih saat pointernya tepat di sebuah foto.

Ingat, hari ini.
Saat aku membaca jahitan kata demi kata yang kau sulam tentang sahabatku, yang mencintaimu.

Ingat, hari ini, ran!
Kau di pecundangi dua orang yang kau sayang. Dan kau kehilangan mereka sekarang.


Ruang kosong saat membaca dreamer

March 30, 2016

Akhirnya

Sore ini aku melihat pelangi, setia di atas sana menunggu hujan reda.
Namun cuma sebentar, saat itu aku sadar, kebahagian selalu ada ujungnya, begitu juga kesedihan.

Aku pernah memberi luka padamu, saat itu aku yakin belum sembuh, tapi aku memintamu untuk tidak menghapusnya, karena aku berjanji akan menghapusnya sendiri setelah semua masalahku rampung.

Ya, semua terlambat.
Akhirnya ada yang menghapusnya, akhirnya lukamu berhujung, bahagianya kau ku dapati pada beberapa postingan blogmu, menonton konser bersama, dan foto.

Aku bahagia melihatmu bahagia, terlebih, aku tau, sahabatku yang menghapus lukamu, luka yang aku buat.
Aku hanya bersedih karena tidak mampu menepati janjiku, akhirnya ujung lukamu, mengawali lukaku yang baru.

Aku sudah kirimkan pesan kepadanya, agar tak melukaimu. Aku bukan lagi malaikat tanpa sayap milikmu, sayapku sudah tumbuh, aku pun sudah terbang jauh, darimu, dari kalian. Aku akan temui ujungku sendiri.

Jakarta, bulan ketiga
Ruang kosong.

January 13, 2016

Terimakasih

Terimakasih sudah mendengarkan curhatku hari ini. 
Walau tak menatap matamu langsung, 
Tapi papan bertuliskan namamu cukup. 
Tenang disana ya! 
Semoga kau baik baik saja. 




Entah sudah hari ke berapa, aku lupa menghitung, tapi aku tak pernah lupa mendoakanmu.