December 5, 2020

30dayswritingchallenge day 4 - places i want to visit

 Aku adalah sehelai daun yang gugur dihembus angin, terbawa ke tempat yang tidak pernah ku seleksi jatuhnya dalam daftar ingin. Dua puluh tujuh tahun hidupku, banyak tempat yang pernah aku kunjungi, namun tidak pernah sama sekali aku menyimpan daftar keinginan tempat tempat yang akan ku datangi. Aku suka berkelana tanpa peta, dimana kejutan menanti di depan mata, melepas penat di tempat-tempat singgah, yang mungkin bisa jadi lebih menyenangkan dari tujuan utama.

 Beberapa destinasi sudah ku singgahi, pada tiap pijakannya menyimpan kesan tersendiri, panorama pantai, dedaunan hijau, kemacetan jalanan dengan gedung-gedung tinggi, pekat sekali dalam ingatanku, seorang yang bodoh membaca arah jalan, bahkan tak jarang aku tersesat dalam arah perjalanan pulang ke kost-an, waktu aku baru mulai hidup di Jakarta beberapa bulan.

 

-       Bandung


Akhir tahun lalu, aku masih bekerja sebagai videografer untuk pemburu kuliner di sekitaran Jakarta barat, banyak tempat di Jakarta yang aku kunjungi karena pekerjaan, jajanan pinggiran jalan, sampai restoran mahal, pekerjaan ini pula membawaku ke Bandung, dan Bandung adalah tempat yang memberi kesan selalu memanggil pulang, aroma hujannya, nasi goreng di Astana Anyar, mie baso akung, dan menikmati kehangatan ronde jahe di seberang tempatku menginap di Pasir kaliki. 



 

-     Palembang


Kota kelahiranku, setelah harus pindah ke Pekanbaru, aku tak pernah lagi kembali kesana, kota tempatku belajar membaca, menulis, berbicara, dan semua petualangan tentang pengalaman pertama. Mungkin akan seru jika aku bisa kembali kesana, melihat tempat-tempat yang pasti sudah jauh berbeda.


 

Tempat tujuan lainnya adalah tempat yang belum pernah ku kunjungi, mungkin bukan kota, tapi tempat-tempat yang ingin sekali aku kunjungi untuk menuruti kepuasan batin tersendiri, seperti museum-museum unik, jejak jejak peninggalan sejarah musik di Inggris, atau juga tempat-tempat terkenal yang kebanyakan orang masukkan dalam daftar keinginannya juga seperti, Shibuya di Jepang, Gangnam di Korea, dan suasana jalanan di Eropa, siapa yang tak ingin kesana, kan?

 

 

December 4, 2020

#30dayswritingchallenge day3 - a memory

 Aroma tanah bekas hujan, menghantam indra penciuman, kenangan menjulang ke ingatan memenuhi kepala, berlatar suara satu demi satu rintik hujan yang baru saja reda. di balik jendela, sepasang mataku sudah lebih dulu basah, tersiram bekas amarah kepada diriku sendiri, sedihnya menjalar ke setiap sendi, membuat lemas kepala hingga kaki, aku menghempaskan diri ke lantai, dengan air mata yang masih berserakan, aku memandangi langit-langit yang buram.

Detakan waktu perlahan membeku, sesaat setelah aku menangkap wajahmu di dalam layar handphone pada sebuah aplikasi jejaring sosial. ternyata hari itu datang lagi, setengah jiwaku terbang menuju angan-angan tempatmu bermukim, jauh dibawa angin, menuju masa lalu, saat mataku mengakui kalau ada yang lebih terang dari matahari, yang mengganggu tidurku berhari-hari. kau melangkah mendekat, dan langsung berhasil memikat, aku menjadi orang paling bahagia seketika itu juga. 

Saat itu, Aku adalah seorang penunggang kenangan dengan saku penuh keinginan, yang sangat mengharapkan kau untuk ikut ke negeri fantasi yang ku ciptakan, lalu tidak butuh waktu lama untukmu mengiyakan, kita terbang melesat menuju bintang, menyulap kumpulan meteor, pecah menjadi kembang api.

Hari ini, aku tersesak, menanak tangis pada satu dimensi, tempat orang-orang menyesali arsip dokumentasi penuh potret yang terekam rapi dalam memori, berharap semua semua menghilang dengan satu ketikan jari.


#30dayswritingchallenge day3 - a memory


December 3, 2020

#30dayswritingchallenge day 2 - things that makes you happy

Sore ini aku sudah duduk manis di sebuah tempat kopi dan memesan satu gelas americano yang masih hangat, laptop, asbak, rokok, dan ponsel berjejer di sekitar gelas di atas meja di depanku, di meja lainnya, mataku menangkap sekumpulan orang-orang usia kira-kira dua puluhan tahun saling bercanda tertawa, heboh hingga kebisingannya sedikit mengganggu pengunjung lain, aku melihat mereka dan menghela nafas sambil berkata dalam hati “aku pernah seperti itu, dulu, tertawa selepas itu tak peduli malu” 

Aku bahkan lupa, kapan terakhir kali aku bisa melebarkan senyum seperti itu, tertawa dengan lepas dan melupakan tumpukan masalah dewasa yang semakin hari semakin menambah, aku juga tidak tahu apa yang muncul di kepalaku, ketika ada pertanyaan tentang bahagiaku, sebab bahagia juga sifatnya berubah, kadang kau bahagia karena hal yang kau inginkan benar-benar tercapai, atau kadang hanya karena hal-hal indah kecil yang mampir tanpa kau harapkan, untukku sekarang, bisa menyelesaikan tantangan menulis 30 hari ini saja mungkin aku bisa bahagia.

Ada masa dimana menjadi alasan orang-orang bahagia adalah kebahagiaanku, di mana aku menjadi “badut”, melontar lelucon dan melihat tawa bergemuruh mengepung seisi ruangan dari arah bangku kumpulan penonton, mengakhiri pertunjukan dengan menerima tepuk tangan dari banyak orang, dan berada di panggung yang sama dengan orang-orang hebat dalam bidang ini, tapi aku juga sadar kalau bahagia sifatnya tidak permanen, jadi setelahnya, aku menemukan bahagia dari tempat yang lain, untuk orang-orang yang ku singgahi hatinya, misalnya. aku bahagia ketika melihat ponsel dipenuhi tumpukan pemberitahuan pesan, sekedar bertanya kabar, mengingatkan makan, ataupun menyepakati waktu untuk rencana menonton bioskop dan berkaraoke. 

Saat ini aku merasa sudah harus memilih bahagia lebih bijak, mengerti bagaimana definisi bahagia versi seorang yang hidupnya dipenuhi penyesalan, kesulitan, dan kekosongan. dari hal-hal terkecil yang bisa kudapat saat bangun pagi di rumah, melihat sarapan yang Ibu selalu siapkan di atas meja, menertawai Ayah yang senang melihat hal lucu di ponselnya, membeli martabak saat dalam perjalanan pulang sehabis gajian kemudian menyantapnya bersama-sama, menonton serial komedi sambil menyeruput kopi, menemui teman lama, dan bercerita ringan perihal rumah tangganya, 

sesederhana itu saja, sebab aku yakin, Tuhan masih mempercayaiku dengan bahagia yang sederhana, hingga nanti aku dipercayai untuk bahagia yang lebih besar dari yang aku kira.



#30dayswritingchallenge day 2 - things that makes you happy



December 2, 2020

#30dayswritingchallenge - Describe your personality

Aku suka membayangkan kalau suatu hari aku sedang di kamar, tiba-tiba Hagrid datang menggedor pintu dan mengajakku ke hogwarts untuk ikut sekolah menjadi seorang penyihir seperti Harry potter, tapi aku terlalu jauh berkhayal hingga akhirnya memutuskan untuk menyihir lewat ketikan kata saja, berlajar autodidak bermodalkan buku tebal terjemahan novel Harry potter, yang dulu pernah aku baca, tanpa bantuan professor Mcgonagall ataupun Dumbledore.


Aku sendiri bahkan kesulitan mendeskripsikan aku, sebab aku adalah orang yang gampang hanyut dalam arus, suatu hari kau mungkin akan menemui aku dengan penampilan yang urakan, membiarkan rambut tumbuh panjang tanpa sisiran, kaosan celana jeans robek dan sepatu murahan, mungkin juga kau akan temui aku dengan seragam menyingkap setelan rapi karena tuntutan pekerjaan, yang pasti aku selalu mengenakan gelang dan jam tangan, aku juga tak terlalu memperhatikan penampilan, dan kekurangan berat badan. 


Berapa tahun belakangan aku menjadi seorang penyendiri, lebih memilih tersesat lebih lama dibanding harus bertanya arah jalan, di sela pekerjaan lebih memilih rebahan sambil menonton film dan serial, aku bisa menghabiskan hari dengan duduk didepan laptop saja, entah untuk urusan apa, bermain game, menyetel musik, atau menonton netflix, menggulir kategori alat musik dan elektronik di marketplace, padahal tau akhirnya tidak pernah akan membeli, internet adalah teman terbaik saat lingkaran pertemanan semakin menyempit. 


Belakangan aku juga memiliki kadar ignoransi yang tinggi, mungkin dulu juga, tapi tidak seperti sekarang, mungkin dulu lebih tidak menyukai aturan formal yang biasanya aku sering temui di kampus saat kuliah, seperti harus berpakaian yang lebih sopan saat masuk jam kuliah, tapi aku tidak melakukannya, ataupun aturan tidak masuk akal "menurutku" lainnya. kalau sekarang aku lebih kurang peduli dengan obrolan hangat, ataupun isu terbaru media, politik, trending topik atau apalah, kecuali tentang film, aku sangat bersemangat sekali jika bercerita tentang film. 


Daftar putar dalam aplikasi lagu ponsel juga mungkin penting untuk mendeskripsikan aku, karena aku percaya kalau apa yang didengarkan mempengaruhi cara berfikir seseorang, secara umum, aku mendengarkan banyak jenis musik, pop, rock, dangdut, metal,  kpop, you name it. Tapi jika di tanya yang paling mendeskripsikan, aku suka sekali musik yang tipikal rock’n roll tua british seperti beberapa lagu the beatles dan rolling stone, musik yang selalu bisa kunikmati dalam keadaan apapun. Kalau sekarang, daftar putarku terbagi menjadi tiga kategori, yang pertama diisi dengan lagu-lagu seperti yang kusebutkan tadi, beatles, stones, oasis, radiohead, dasarnya kebanyakan dari band british pop dan rock era 70an sampai 90an. Aku menyebutnya "musik tempat kembali", karena aku bisa mendengarkan ini dalam keadaan apapun. Kategori kedua aku namai dengan "gloomy", ini aku dengarkan ketika sedang sendu, menikmati mendung sore dengan kopi, kebanyakan band indie dari indonesia yang aku pilih sendiri, Danilla, efek rumah kaca, mocca, frau, tapi ada juga beberapa dari jay jay johanson, dan lainnya. Dan yang ketiga aku menamainya dengan "suka-suka", isinya 3 album trilogi terakhir dari the changcuters, visualis, binauralis, dan loyalis. Beberapa lagu arctic monkey, morrisey, sheila on 7, dan banyak musik yang aku suka membuatku kebingungan menaruh di kategori mana, jadi ku taruh disini saja. 


Apalagi, ya?


#30dayswritingchallenge day - 1A




                                                                           ah, foto saja!

December 1, 2020

#30dayswritingchallenge day 1 - keresahan


 Hari pertama di bulan desember, hari ini aku punya waktu luang untuk menceritakan keresahan, dalam rangka upaya untuk diri sendiri agar waras kembali, muncul sebuah pemikiran untuk menantang rasa malas menekuni rutinitas yang begitu-begitu lagi, aku datang dengan tantangan menulis tigapuluh hari. 

 

Ini adalah isi kepala yang tumpah begitu saja, melalui bibir seorang yang gemar mengeluh kekanakan, aku berbicara perihal hidup yang menjadi membosankan, Ketika aku tak menemui lagi ketertarikan kepada dunia yang setiap hari dipenuhi drama, sementara ketulusan hanya topeng yang dipakai manusia sesaat setelah ia melangkah keluar rumah. bahkan potret wajah senyum yang sengaja dibagikan melalui social media seolah memberitahukan, kalau wajahku lebih baik dibanding kalian. Orang-orang merelakan waktu tidur mereka tercuri, demi melihat semua kepura-puraan dari orang-orang yang mereka ikuti. ramah-tamah hanya dimiliki orang-orang terpilih yang sulit untuk ditemui, dan hanya keluh kesah yang gemar mampir lalu Lalang, ke dalam kepala-kepala manusia, masuk begitu saja ke dalam rumah, terbawa badan yang ikut ditenggelamkan pada empuknya kasur di kamar.

 

Entahlah, mungkin satu komponen dalam diriku sudah ada yang rusak, karena aku mulai merasa terganggu dengan tingkah-tingkah sebagian orang yang begitu melulu, dengan penuh percaya diri, berjoget riang di depan ponselnya, memamerkan lekuk pinggul dan belahan dada, berparodi hingga memaki, membanggakan diri dan berlomba mendapatkan pengunjung tertinggi, menasehati, memberi motivasi seolah hidupnya yang paling berarti.

Semua terasa menyebalkan, seolah mereka tak memberikan pilihan tontonan, tentang selera yang kita butuhkan. Mungkin saja memang, aku yang tidak siap dengan ini semua, sehingga memukul rata seluruhnya, saking banyaknya populasi manusia seperti mereka.

 

Terkadang, kita terlalu sibuk menggulir garis waktu media sosial, melihat kabar terbaru dari orang-orang, sementara lupa dengan kabar sendiri, lalu ku tulis ini dalam upaya untuk waras kembali.

 


#30dayswritingchallenge day 1 - keresahan

 

 

 

 

 

September 3, 2020

Menjelma

 Izinkan aku menemuimu sekali lagi, meski dalam sebuah aksara sederhana 

 

Di sudut fikiranku, kau adalah buku yang tak pernah habis ku baca, tertata sempurna dan aku harap agar hafal luar kepala dari bait pertama, menelaah tentangmu sudah menjadi kebiasaan, sesaat seketika kau lalu Lalang dalam ingatan. Halaman demi halaman ku lewati, seiring perlahan jenuh menghampiri, namun hati tak pernah tertaut untuk berhenti.

 

Entah kenapa, akhir-akhir ini aku dihadapkan dengan kebetulan-kebetulan yang sengaja meyeret kembali ingatan yang aku fikir sudah sempurna untuk aku simpan. Kau datang melalui sebuah lagu yang dulu acapkali kita perbincangkan, kau datang sebagai hujan tanpa ada isyarat mendung, sepi mengepung di sudut kamar aku termenung menggigil mendekap lutut. Tak ada suara apa-apa kecuali kenangan yang menyublim dengan kerinduan yang teramat sangat. 

 

Mungkin saja alismu mengkerut saat kau dapati tulisan ini,lalu ingatanmu memutar pula, ingatan yang pernah kita punya, pikiranmu mengawang banyak tentang, dan aku terlibat di dalamnya, kemudian bertanya-tanya, “apa pula maksud ini semua?”. Percayalah bingung yang kau rasa tak sebanding dengan rindu yang ku punya,semua deretan aksara barusan berdasar kerinduan yang menuntut pertemuan.

 

Maka inilah yang ku lakukan, menjelma sebagai tulisan, menemuimu dengan cara paling cupu,  Dan berharap segala rindu terbawa pada tiap aksara yang aku tata. 

August 4, 2020

Kalau saja

Satu hari bertambah lagi, setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku sempatkan untuk menepikan sepeda motor di sebuah tempat kopi yang mungkin akan jadi tempat favoritku untuk membagi tulisan baru, walau kadang di kepalaku hanya sebatas niat, sampai disini malah hanya menggulir layar ponsel melihat unggahan foto terbaru teman-teman di media sosial, melihat kabar terbaru mereka yang entah kenapa semua orang terlihat bahagia disana, entah mereka hanya memperlihatkan kebahagiaan, atau memang hidup mereka memang selalu baik-baik saja. Kadang aku suka melayangkan fikiran, bertanya-tanya apa pernah mereka menyudut di kamar, menenggelamkan wajah pada bantal, membanjirinya dengan air mata, menggerutu dan bergelut dengan kenyataan bahwa ada masa tidak baik-baik saja dalam perjalanan manusia.

Karena aku begitu, kadang aku mempunyai hari yang berat dan tidak nyaman saat terbangun di pagi hari dan menghadapi hari yang itu-itu saja, isinya hanya cemburu, kesal dengan kehidupan orang-orang yang sepertinya dimudahkan Tuhan untuk hidup dengan senang dan tenang, tapi selama ini aku hanya bisa memendam dalam-dalam itu semua sampai akhirnya aku lelah dan memutuskan untuk duduk saja, menghabiskan sisa libur dengan kembali menggulir layar ponsel yang isinya itu lagi.

satu waktu kudapati kabar terbaru salah satu teman yang dulu cukup kukenal dengan baik, hari itu ia bertunangan dan memutuskan untuk menikah dalam waktu dekat, kemudian menggulir layar ke postingan berikutnya, ku temui teman-yang dulunya sempat sekelas denganku di SMA baru saja memiliki anak pertama, lalu itu semua ditambah lagi dengan kabar orang yang dulu benar-benar aku sayang, memamerkan foto baru berdua dengan orang yang sekarang menggatikan posisiku sebagai tempat bersandarnya.

Aku sangat depresi, saat kurasa Tuhan menyulitkanku, menjauhkanku dari kerumunan yang familiar, memaksa untuk lebih kuat menjadi manusia, menyederhanakan pengharapan yang dulunya jauh tinggi di atas kemampuanku dan memberikan aku sedikit ruang hanya agar aku dapat waras dan tertawa layaknya manusia lainnya.

Tapi, kalau saja Tuhan sedikit saja menuruti pintaku saat itu, entah dimana aku sekarang, aku rasa aku tak akan sekuat ini ,  meyakini kalau Tuhan memanglah pengatur rencana yang sangat baik, lebih mengerti arti dari bersyukur, dan tulisan ini tak mungkin lahir.

May 17, 2020

Datanglah, tepat waktu!

Sedini ini, diantara malam dan pagi, sudah kuterbangkan doa pada semesta dibawa angin ke luar jendela, membawa pesan kepada Tuhan untuk mendekatkan semoga perkara siapa nantinya, seseorang yang membawakan cintanya kepadaku, dengan memasang raut senyum sembari mengetuk pintu depan.

 

Aku siap, melebarkan bahu untuk dekap yang kau harap, sudah ku pasrahkan hati ini sebagai tempat untuk kau menetap, kau yang memiliki sepasang mata bak telaga yang senantiasa mencipta debar dada, sudah lebih dulu datang dalam fikiranku, dan merancang kebersamaan nantinya.


Aku menunggu, dengan penuh pengharapan padamu

 

Namun bagaimana jika bukan kau yang datang, bagaimana jika nanti sosok baru mengunggulimu yang ingin berusaha lebih mahir menerimaku dengan kedua tangannya yang sedia terbuka, memeluk tubuhku yang lebih dulu penuh luka tentang kau yang terlambat sehingga untuk suatu waktu, peluknya membuat lupa segala hangat yang pernah kau cipta, bagaimana jika kujatuhkan hatiku padanya, sementara bayangmu tak beranjak dari pandangan mata, apakah cinta akan lahir tanpa membawa perasaan sebelumnya?

Sementara kegilaan ini muncul serempak, ketidak-warasan mengambil alih kemana cerita ini akan bergulir.

 

 untuk itu, sebelum terlambat,

 

datanglah, tepat waktu!

 

May 9, 2020

Hilang

Aku memilih hilang, selepas menyadari kalau aku bukan lagi nyaman yang kau butuh, bukan lagi telinga untuk tempatmu membagikan hiruk pikuk dunia, bukan lagi teduh yang kau rindukan aromanya, aku memilih hilang, setelah kita menjadi aku, yang bukan siapa-siapa.entah untuk waktu yang lama, atau mungkin hanya dalam hitungan jam saja, aku pun tak mengetahuinya. yang jelas, tempat kita sekarang adalah garis batas yang kita buat, lalu aku melampauinya, menyebrang ke dimensi lain, mungkin tepatnya.

asumsikan saja aku berpindah, ke tempat yang ku tak ingin kau ketahui dimana, tempat dimana aku bebas menjaga agar orang lain tak tau apa-apa, tempat dimana aku dapat memberi penawar pada hatiku, mungkin pada perlintasan yang baru. mengabaikanmu, atau siapapun yang akan mendekat setelahnya, membiarkan lelah menjadi teman bercerita, merayakan kehilangan dan memakamkan semua yang ada dalam batas sebelumnya.

aku hilang untuk semua hadir yang tak pernah kau sadari sebelumnya, pamit atas setumpuk rumit yang terajut pada kita, entah kau pernah menyadari kehadiranku selama ini, tapi ini semua dalam rangka memulihkan diri, membenahi hati yang ditinggalkan, memberi jeda pada sakit yang berkepanjangan.

Jika boleh berangan-angan, aku ingin kau cari dan kau dapati dalam keadaan semula, saat kehilanganku menjadi sesuatu yang mengganggu hari-harimu, dan kau menemuiku untuk memberi arti pada sesal dan kesal terdahulu, namun bagaimana kau mengetahui bahkan "kamu" pada tulisanku ini tidak kau sadari kutujukan kepada siapa. hingga angan-angan hanya jadi angin yang lalu begitu saja, tak menghembuskan nyata pada debar dada.

entahlah, aku juga tak paham, aku sendiri tak begitu yakin dengan keputusan yang aku ambil, mungkin menghilang bukan keputusan yang bijak, tapi bagaimana aku tau kalau aku tidak mencoba, mungkin ini membuat kau paham dalam hal menjaga, atau setidaknya untukku yang berupaya paham dalam menjaga hati sendiri.



aku seolah menyandarkan diri pada anak panah yang siap dilepas oleh busurnya, entah kemana akan ditancapkan, untuk sementara ini, kubiarkan semesta menjalankan peran dalam keterlibatanku untuknya.

February 15, 2020

Rindu

Terkadang rindu bersarang di ruang perjamuan, dimana dulu kau kutempatkan, cahaya jadi hal yang sulit dan ditimpa rumit berkepanjangan. Ada masa dimana aku ingin sekali rasanya memula percakapan, menggulir daftar nama-nama dalam layar ponsel hingga kemudian terhenti pada satu nama yang seketika terasa menyumbat sendi-sendi dalam tubuhku. Aku mematung, belasan tanya muncul di kepala, perihal bagaimana hidupmu setelah sekian lama berkelana, mencari rumah yang baru. sudahkah kau temui seorang yang meminjamkan bahunya saat kau bercerita tanpa kau minta?


Dalam satu waktu, ingatan menyentuh langit-langit kepalaku, di depan layar sembari melihat-lihat garis waktu media sosial, dimana malam sedang hening-heningnya, hanya ada latar suara dari musik yang kebetulan kau juga suka, mengajak bernostalgia menuju masa lalu. aku menolak untuk hanyut dalam itu semua, karena bosan, dan sudah cermat membayangkan kalau setelah ini hanya akan ada imajinasi dan halusinasi yang menyulitkan, aku menelungkupkan badan, dan memejam mata, berencana tidur sebagai isyarat untuk tidak ingin mengingatmu kembali.


Tapi kemudian kau malah datang sebagai hujan, semakin deras seolah mengetuk-ngetuk jendela kamar, semakin deras hingga namamu selalu terlintas, diantara nyanyian hujan dibalik jendela. aku memaksa diri untuk tidur, sebab terjaga selama apapun tak akan membuatmu pulang kepadaku yang sudah sangat jauh, aku sungguh ingin tidur dengan tenang tanpa ada kau lagi di tengah-tengahnya, sehingga aku bangun tanpa ada duga "apa kita masih ada?"


Pada malam lainnya, aku malah sengaja meluangkan waktu untuk mengingatmu, menenggelamkan diri menelusuri jejak-jejak kita yang ada di sosial media, membaca ulang percakapan dan membayangkan kita, saat pertama kali kau menaruh kepalamu di bahuku, di anak tangga teratas di depan pintu sebuah radio malam itu, saat jemari kita menyatu menjadi sebuah genggaman, dan bintang menjadi teman, kita saling bertukar cerita tentang mimpi-mimpi kita.


Ada kalanya dimana rindu menyiksa badan, tubuh gemetar mempertahankan perasaan dihantam rindu yang keterlaluan, saat itu aku menjelma menjadi tulisan-tulisan dengan harapan kau menyempatkan waktu untuk membacanya, sebab semua kata yang aku rangkai selalu didasari olehmu, dan hanya sejauh itu aku bisa menyentuhmu, karena kemungkinan kita untuk kembali saling sapa hanya ada dalam dadaku.

January 8, 2020

2020...

Hari ini aku punya waktu lebih untuk memikirkan deretan kata yang akhirnya menjadi tulisan ini, diantara tumpukan pekerjaan, hening malam, sampah bekas puntung rokok yang berserakan, lahirlah sebuah gusar, yang mengantarkan jemariku mengetik huruf demi huruf yang menjahit dirinya menjadi bentuk, yang didasari isi kepala yang berkecamuk.

Apa kabar kalian semua?

satu tahun bertambah lagi, kali ini dua digit angka yang berganti, untuk sebagian orang ini adalah hal yang besar, rentetan resolusi yang baru, diletakkan kembali di depan pintu, berharap berkurang satu persatu seiring berjalannya waktu. bagaimana dengan yang tahun lalu? apa masih tersisa? atau sudah terlaksana? apapun itu, percayalah, Tuhan maha tau, rencana yang kau bikin bisa jadi sebuah ingin, dan bisa juga menjadi mungkin, dunia tak akan kehabisan hal baik, dan kita pasti akan kebagian sesuai porsinya.

Tahun lalu aku melakukan langkah yang cukup berani, sebuah percobaan mencari jati diri keluar dari apa yang selama ini menjadi tempat yang nyaman, tempat yang aman, keadaan yang tak memiliki rasa ketakutan, atau kelaparan, aku berpindah jauh dari kerumunan yang familiar menuju alam liar, sebuah kota yang mengajarkan tentang kerasnya kehidupan,

Jakarta, aku kembali lagi, ini adalah percobaan kedua, setelah kalah pada percobaan pertama 2 tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk pindah, namun di kota ini nyata terlalu berat dipapah, aku pulang dijemput Ayah.

Sekarang aku merasa matang, sejauh ini belum ada pemikiran untuk pulang, ditambah lagi, disini aku cukup senang, punya pekerjaan yang aku inginkan.

Tahun yang baru sudah datang, hal yang menyenangakan pasti sudah disiapkan Tuhan, apa yang menjadi harapan satu persatu diwujudkan, apa yang mewakili kesedihan perlahan ditimpa oleh tawa bahagia, jangan lupa untuk selalu bersyukur untuk nikmat yang tak mungkin mampu kau ukur, tinggalkan kebiasaan buruk perlahan, jangan takut untuk melakukan perubahan, karena semesta pasti paham, apa yang ditanam menjadi apa yang kita tuai.

Duaribu duapuluh, usiaku bertambah menjadi duapuluh tujuh, sudah kualami banyak jatuh, sudah banyak menghasilkan peluh, saatnya bangkit, berjalan lebih jauh.