May 24, 2016

Stefani

Bukan kau yang pergi, aku yang akan meninggalkanmu, semoga kau bisa mengukur kedewasaan dan menerima semua ini.



Aku lebih memilih sendirian di rooftop ini, menghabiskan sesap demi sesap batangan nikotin, dari pada membaur di keramaian pesta reuni SMA di ballroom lantai bawah gedung duabelas tingkat ini,

May 8, 2016

Lamunan temu

Tenggelamlah aku dalam lamun, menonton pertunjukan alam, tentang seekor kupu-kupu yang hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya, diantara trotoar setinggi mata kaki, diselimuti juga dengan jingganya langit senja yang kian tua. Disebelah barat, bulan yang sabit menyipit layaknya mata seorang wanita, kian memberanikan diri memunculkan jati diri, lantas jingga senja menggelap dan perlahan hilang. Kupu-kupu yang bertamu pada kembang pun pulang.

Malam bertamu.

Masih dalam lamunku, seluruh penggalan masa-lalu, yang tak mungkin ku padu padan, pada bintang yang terlihat dipermainkan awan, cahaya-cahaya lampu jalan yang kuning, menjadi selimutku yang sudah lebih dulu dihangatkan oleh cangkir kedua dari kopi yang ku pesan disebuah minimarket duapuluh empat jam. Pandanganku beranjak pada kendaraan yang lalu lalang, berbagai pasang mata dengan beragam artian. Bangunan-bangunan yang tinggi yang tidak pernah takut disirami hujan lebih pagi, hingga kepalaku kacau membagi-bagi, pada sudut mana kau berdiri.

Sesap demi sesap batangan nikotin menyala, mengebulkan asap menghantam kepala, kata demi kata, terlintas dikepala, banyak permohonan hati yang tak sampai, tentang yang harusnya dituai, masih belum kutemukan kau, membuatku semakin kacau, entah kau sedang menatap langit pula pada belahan dunia lainnya, atau engkau pun sedang memupuk tanya tentang aku yang tak pula bisa kau raba.

Langit yang dipenuhi puluhan pendar bintang, mengisyaratkan lagu, tentang ragu, aku lalu termanggu, apakah kita masih bisa saling bertemu, atau hanya mampu berbagi cerita lewat hening yang membeku sedingin salju pada desember tahun lalu.

Dimana kau?
Dimana aku?
Kapan dua pasang mata kita akan saling beradu?

Aku tak menuntut jawab, sebab semakin lama, semakin berat getir yang ku kecap, aku hanya menggantung harap,semoga kau mempersiapkan dekap, dan kata-kata manis terucap. Hingga kita siap, menjadi sepasang, dalam terang yang lebih memancar dari siang, dan tak akan usang, setegar karang di laut padang.

Waktu telah lebih dulu memberitakan kepadaku, kita akan menemui titik itu, saat aku sudah memasang sepatu, dan siap mengajakmu melangkah menaiki anak tangga satu persatu. Kemudian pada puncaknya kita akan menyatu.


Ruangkosong
Lamunan temu

Matraman