April 21, 2016

milkshake vanilla

Diatas meja, dua gelas minuman kita tertata. Bagian luar gelas yang berpeluh jadi pendengar setia kita bercerita tentang keluh. Wajahmu yang malu-malu mulai menjadi panorama favoritku. Obrolan yang hangat mengalahkan cuaca yang siang itu terik dan kendaraan lalu lalang yang berisik, hingga akhirnya percakapan kita menemui titik.


+ : "Apa kau bersedia membantuku?" 

Seketika keningmu mengkerut, seolah berisyarat heran berpadu takut. Kemudian diikuti senyum merekah, menambah satu lagi bahagia yang indah, percakapan kita mulai mencari arah.


- : "Membantu apa?" 

+ : "Alasanku memesan milkshake vanilla ini adalah, aku ingin menikmati manis dari awal hingga akhir sesapannya. Aku lelah dihadapkan pada kopi berulang kali, yang hanya hangat saat pagi, ada ampas saat habis, dan tak diakhiri dengan manis. 
~
Bantu aku menghabiskan milkshake vanilla ini berdua" 


- : "Aku suka vanilla, mari habiskan sisanya berdua"


Senyum kita berulang-ulang hingga senja menjelang, percakapan kita memanjang. entah ini topeng yang sama-sama kita pasang, tapi aku senang, tak ada yang peduli akhir sesapan milkshake vanilla ini, kita hanya menikmati, dan berharap ini berulang setiap hari. 



Terimakasih, milkshake vanilla.



April 12, 2016

menyusul dewi

Masih dalam pandangannya, dari jendela kaca. sebuah pohon akasia yang sedikit condong ke arah barat daya melambaikan dedaunannya, dengan latar langit hitam dan malam yang kian menua. Disela jarinya, sebatang rokok menyala dengan asap yang menari kesini-sana.

Malam ini tak sama

April 11, 2016

junaidi

Dibalik tembok-tembok besar nan tinggi menjulang
Junaidi tersandar sembari mendengar
Bertemankan penasaran dan rasa Keingin tahuan,
Kemudian menghafalkan suara-suara.

Sementara di sisi tembok sebelahnya,
Puluhan anak berseragam rapih
Namun beragam tingkah laku
Belasan meja dan kursi
Juga seorang guru

Banyak kebisingan, terlebih dari murid di susunan meja paling belakang.

Pak guru mulai melantangkan suara,
Hal-hal dan rumus fisika
Kebisingan pun mereda
Dibalik tembok, junaidi gembira

Sesekali junaidi memanjat dan mengintip
Dengan wajah penuh harap, suatu saat ada disana
Kemudian datanglah pak hansip
Meneriakinya dengan nada tinggi "mau maling kamu ya?"


Randy hambali





April 8, 2016

menjamu kedewasaan (aksaRandiAn)

Diantara tegukan alkohol, tiba-tiba terlintas di fikiranku dan langsung mengarahkan wajah kepada lani.

"Menyebalkan ya?" 

"Apanya yang menyebalkan?" lani membalikkan pertanyaan

"Menjadi orang dewasa. Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, maksud gue, kita harus duduk gini dan saling cerita tentang tumpukan masalah, memasang wajah manis padahal didalam teriris-iris. Memikirkan apa yang harus kita makan besok, memilah pakaian berdasarkan undangan, menjalani beberapa kisah cinta yang pada akhirnya mematahkan hati sendiri.mikirin tagihan kredit motor, uang kontrakan, dan mengurus tumpukan berkas untuk uang yang diterima setiap awal bulan, kadang cukup, kadang harus ngutang.

Lo nggak kangen indahnya jadi bocah? .setiap pagi ada sarapan yang udah tersedia, bermain pasir kotor-kotoran, berantem dan baikan keesokan harinya, ada uang jajan tiap hari. Diberi hadiah ketika dapat peringkat di sekolah, bangun di pagi minggu untuk menonton kartun, dari chibi maruko chan sampe wiro sableng. Dicariin emak waktu main hingga menjelang maghrib, terus.." 

Seketika lani memotong ocehanku sambil menenggak minuman yang ada dibotol.

"Iya, menyebalkan memang, tapi lo nggak bisa kayak gini kalo lo masih anak-anak". 
Sambung lani sembari tersenyum dan menyalakan sebatang rokok.

Aku tersenyum kecil sambil mendengarkan lani.

"Menurut gue, dewasa adalah tamu,yaa, tamu akan bersikap manis jika tuan rumahnya pun begitu. 
Tinggal lo aja yang harus jadi tuan rumah yang baik, menjamu kedewasaan dengan kebahagiaan, hal-hal yang lo keluhin ketika dewasa adalah pembelajaran yang memang harus lo konsumsi. Ibarat kita kayak masih sekolah dulu, ada hafalan, latihan PR. Nanti pas pembagian rapot, ketahuan kan siapa yang benar-benar menjamu kedewasaan dengan baik"

Aku nyeletuk
"tapi nggak ada remedial" 

"Remedial cuma untuk orang yang gagal"
jawab lani.

"Gue ngga bakal ngeluh kalo hidup gue baik-baik aja lan" 
kataku sambil mengambil kotak rokok yang ada di meja.

Sambil tersenyum diantara sesapan nikotinnya, lani berkata
"Tandanya lo harus lebih baik lagi dalam menjamu kedewasaan" 




(Sepotong ilustrasi AksaRandiAn)

April 7, 2016

lupa

Entah sudah berapa sesapan batang nikotin yang sedia membantuku, mempusarakan tumpukan rindu yang meraung ingin pulang pada tuannya.

Ratusan hari sudah, aku mencoba

Aku ingin menemui lupa.
Mengusir jejakmu yang kerap menari di kepala.

Tuhan menciptakan kenangan di baris benak, tapi tak menciptakan penghapusnya.

Mencintaimu butuh kesiapan,
Namun aku luput, melupakanmu juga butuh keberanian.


Ruang kosong
Menemui lupa

April 3, 2016

pulang dan ulang

Aku ingin pulang dan mengulang. Menemui kembali sepasang mata cekung yang membuat dunia terhenti untuk beberapa saat. Bermain-main dengan lembut pipi yang tak terlalu sering tertutup taburan kosmetik. Mengecup kembali lingkar bibir pada remangnya lampu ruangan. Membiarkan jemari yang bertamasya hingga bagian dada. Mendekap kembali tubuh mungil yang terasa hangat, menyatukan aroma kita.

Aku ingin pulang dan mengulang,  bernyanyi lagi hingga pagi menjelang, ditemani beberapa sampah bekas nikotin yang berantakan, dua gelas kopi yang menghangatkan, petikan gitar yang kau mainkan. Dan obrolan tanpa tujuan.

Aku ingin pulang dan mengulang, ke pelukmu yang aromanya sedang kurindukan.

Ruang kosong.

Telungkup

Untuk Kesekian kalinya, kutenggelamkan lagi diriku, pada irisan-irisan yang perlahan memaksa air mata membanjiri bantal. Jemari yang dulunya siaga menjadi penyanggah tiap tetesannya, kini entah kemana.
Isak yang kusembunyikan bunyinya, kian menyiksa. bentakan darinya siang tadi masih menyisa di kepala.

Lalu lagu hujan menyamarkan tangisku, nada-nadanya yang jatuh di atap menghiburku, kupenjamkan mata dan berharap tidurku berbunga. Mimpi yang indah, sebab nyata terlalu berat untuk aku papah.



Ruang kosong,
Tangis kecil di kota besar.

ingat, hari ini.

Ingat, hari ini.

Kepalaku terasa panas, aliran darah serasa lebih cepat, pandangan yang kian buram tertutup tebalnya air di pupil mata. Otakku secara otomatis memutar banyak kenangan yang pernah dilalui setahun belakangan, tergambar dengan jelas, pandangan sepasang mata di halaman kampus sore itu, tentang kau yang kala itu masih sulit membedakan mana kiri dan mana yang kanan.

Ingat, hari ini.
Bagian dadaku sesak, nafasku tersengal, badan terasa lemah layaknya orang yang bekerja seharian tanpa henti. Semakin jelas pula kenangan itu, tentang kencan pertama disebuah cafe, yang pada akhirnya menghantar pada sakit hari ini.

Ingat, hari ini.
Tangan dan kaki bergetar hebat, tak terkendali, jemariku semakin kaku menyentuh layar ponsel terlebih saat pointernya tepat di sebuah foto.

Ingat, hari ini.
Saat aku membaca jahitan kata demi kata yang kau sulam tentang sahabatku, yang mencintaimu.

Ingat, hari ini, ran!
Kau di pecundangi dua orang yang kau sayang. Dan kau kehilangan mereka sekarang.


Ruang kosong saat membaca dreamer