September 3, 2020

Menjelma

 Izinkan aku menemuimu sekali lagi, meski dalam sebuah aksara sederhana 

 

Di sudut fikiranku, kau adalah buku yang tak pernah habis ku baca, tertata sempurna dan aku harap agar hafal luar kepala dari bait pertama, menelaah tentangmu sudah menjadi kebiasaan, sesaat seketika kau lalu Lalang dalam ingatan. Halaman demi halaman ku lewati, seiring perlahan jenuh menghampiri, namun hati tak pernah tertaut untuk berhenti.

 

Entah kenapa, akhir-akhir ini aku dihadapkan dengan kebetulan-kebetulan yang sengaja meyeret kembali ingatan yang aku fikir sudah sempurna untuk aku simpan. Kau datang melalui sebuah lagu yang dulu acapkali kita perbincangkan, kau datang sebagai hujan tanpa ada isyarat mendung, sepi mengepung di sudut kamar aku termenung menggigil mendekap lutut. Tak ada suara apa-apa kecuali kenangan yang menyublim dengan kerinduan yang teramat sangat. 

 

Mungkin saja alismu mengkerut saat kau dapati tulisan ini,lalu ingatanmu memutar pula, ingatan yang pernah kita punya, pikiranmu mengawang banyak tentang, dan aku terlibat di dalamnya, kemudian bertanya-tanya, “apa pula maksud ini semua?”. Percayalah bingung yang kau rasa tak sebanding dengan rindu yang ku punya,semua deretan aksara barusan berdasar kerinduan yang menuntut pertemuan.

 

Maka inilah yang ku lakukan, menjelma sebagai tulisan, menemuimu dengan cara paling cupu,  Dan berharap segala rindu terbawa pada tiap aksara yang aku tata.