May 17, 2020

Datanglah, tepat waktu!

Sedini ini, diantara malam dan pagi, sudah kuterbangkan doa pada semesta dibawa angin ke luar jendela, membawa pesan kepada Tuhan untuk mendekatkan semoga perkara siapa nantinya, seseorang yang membawakan cintanya kepadaku, dengan memasang raut senyum sembari mengetuk pintu depan.

 

Aku siap, melebarkan bahu untuk dekap yang kau harap, sudah ku pasrahkan hati ini sebagai tempat untuk kau menetap, kau yang memiliki sepasang mata bak telaga yang senantiasa mencipta debar dada, sudah lebih dulu datang dalam fikiranku, dan merancang kebersamaan nantinya.


Aku menunggu, dengan penuh pengharapan padamu

 

Namun bagaimana jika bukan kau yang datang, bagaimana jika nanti sosok baru mengunggulimu yang ingin berusaha lebih mahir menerimaku dengan kedua tangannya yang sedia terbuka, memeluk tubuhku yang lebih dulu penuh luka tentang kau yang terlambat sehingga untuk suatu waktu, peluknya membuat lupa segala hangat yang pernah kau cipta, bagaimana jika kujatuhkan hatiku padanya, sementara bayangmu tak beranjak dari pandangan mata, apakah cinta akan lahir tanpa membawa perasaan sebelumnya?

Sementara kegilaan ini muncul serempak, ketidak-warasan mengambil alih kemana cerita ini akan bergulir.

 

 untuk itu, sebelum terlambat,

 

datanglah, tepat waktu!

 

May 9, 2020

Hilang

Aku memilih hilang, selepas menyadari kalau aku bukan lagi nyaman yang kau butuh, bukan lagi telinga untuk tempatmu membagikan hiruk pikuk dunia, bukan lagi teduh yang kau rindukan aromanya, aku memilih hilang, setelah kita menjadi aku, yang bukan siapa-siapa.entah untuk waktu yang lama, atau mungkin hanya dalam hitungan jam saja, aku pun tak mengetahuinya. yang jelas, tempat kita sekarang adalah garis batas yang kita buat, lalu aku melampauinya, menyebrang ke dimensi lain, mungkin tepatnya.

asumsikan saja aku berpindah, ke tempat yang ku tak ingin kau ketahui dimana, tempat dimana aku bebas menjaga agar orang lain tak tau apa-apa, tempat dimana aku dapat memberi penawar pada hatiku, mungkin pada perlintasan yang baru. mengabaikanmu, atau siapapun yang akan mendekat setelahnya, membiarkan lelah menjadi teman bercerita, merayakan kehilangan dan memakamkan semua yang ada dalam batas sebelumnya.

aku hilang untuk semua hadir yang tak pernah kau sadari sebelumnya, pamit atas setumpuk rumit yang terajut pada kita, entah kau pernah menyadari kehadiranku selama ini, tapi ini semua dalam rangka memulihkan diri, membenahi hati yang ditinggalkan, memberi jeda pada sakit yang berkepanjangan.

Jika boleh berangan-angan, aku ingin kau cari dan kau dapati dalam keadaan semula, saat kehilanganku menjadi sesuatu yang mengganggu hari-harimu, dan kau menemuiku untuk memberi arti pada sesal dan kesal terdahulu, namun bagaimana kau mengetahui bahkan "kamu" pada tulisanku ini tidak kau sadari kutujukan kepada siapa. hingga angan-angan hanya jadi angin yang lalu begitu saja, tak menghembuskan nyata pada debar dada.

entahlah, aku juga tak paham, aku sendiri tak begitu yakin dengan keputusan yang aku ambil, mungkin menghilang bukan keputusan yang bijak, tapi bagaimana aku tau kalau aku tidak mencoba, mungkin ini membuat kau paham dalam hal menjaga, atau setidaknya untukku yang berupaya paham dalam menjaga hati sendiri.



aku seolah menyandarkan diri pada anak panah yang siap dilepas oleh busurnya, entah kemana akan ditancapkan, untuk sementara ini, kubiarkan semesta menjalankan peran dalam keterlibatanku untuknya.