December 5, 2020

30dayswritingchallenge day 4 - places i want to visit

 Aku adalah sehelai daun yang gugur dihembus angin, terbawa ke tempat yang tidak pernah ku seleksi jatuhnya dalam daftar ingin. Dua puluh tujuh tahun hidupku, banyak tempat yang pernah aku kunjungi, namun tidak pernah sama sekali aku menyimpan daftar keinginan tempat tempat yang akan ku datangi. Aku suka berkelana tanpa peta, dimana kejutan menanti di depan mata, melepas penat di tempat-tempat singgah, yang mungkin bisa jadi lebih menyenangkan dari tujuan utama.

 Beberapa destinasi sudah ku singgahi, pada tiap pijakannya menyimpan kesan tersendiri, panorama pantai, dedaunan hijau, kemacetan jalanan dengan gedung-gedung tinggi, pekat sekali dalam ingatanku, seorang yang bodoh membaca arah jalan, bahkan tak jarang aku tersesat dalam arah perjalanan pulang ke kost-an, waktu aku baru mulai hidup di Jakarta beberapa bulan.

 

-       Bandung


Akhir tahun lalu, aku masih bekerja sebagai videografer untuk pemburu kuliner di sekitaran Jakarta barat, banyak tempat di Jakarta yang aku kunjungi karena pekerjaan, jajanan pinggiran jalan, sampai restoran mahal, pekerjaan ini pula membawaku ke Bandung, dan Bandung adalah tempat yang memberi kesan selalu memanggil pulang, aroma hujannya, nasi goreng di Astana Anyar, mie baso akung, dan menikmati kehangatan ronde jahe di seberang tempatku menginap di Pasir kaliki. 



 

-     Palembang


Kota kelahiranku, setelah harus pindah ke Pekanbaru, aku tak pernah lagi kembali kesana, kota tempatku belajar membaca, menulis, berbicara, dan semua petualangan tentang pengalaman pertama. Mungkin akan seru jika aku bisa kembali kesana, melihat tempat-tempat yang pasti sudah jauh berbeda.


 

Tempat tujuan lainnya adalah tempat yang belum pernah ku kunjungi, mungkin bukan kota, tapi tempat-tempat yang ingin sekali aku kunjungi untuk menuruti kepuasan batin tersendiri, seperti museum-museum unik, jejak jejak peninggalan sejarah musik di Inggris, atau juga tempat-tempat terkenal yang kebanyakan orang masukkan dalam daftar keinginannya juga seperti, Shibuya di Jepang, Gangnam di Korea, dan suasana jalanan di Eropa, siapa yang tak ingin kesana, kan?

 

 

December 4, 2020

#30dayswritingchallenge day3 - a memory

 Aroma tanah bekas hujan, menghantam indra penciuman, kenangan menjulang ke ingatan memenuhi kepala, berlatar suara satu demi satu rintik hujan yang baru saja reda. di balik jendela, sepasang mataku sudah lebih dulu basah, tersiram bekas amarah kepada diriku sendiri, sedihnya menjalar ke setiap sendi, membuat lemas kepala hingga kaki, aku menghempaskan diri ke lantai, dengan air mata yang masih berserakan, aku memandangi langit-langit yang buram.

Detakan waktu perlahan membeku, sesaat setelah aku menangkap wajahmu di dalam layar handphone pada sebuah aplikasi jejaring sosial. ternyata hari itu datang lagi, setengah jiwaku terbang menuju angan-angan tempatmu bermukim, jauh dibawa angin, menuju masa lalu, saat mataku mengakui kalau ada yang lebih terang dari matahari, yang mengganggu tidurku berhari-hari. kau melangkah mendekat, dan langsung berhasil memikat, aku menjadi orang paling bahagia seketika itu juga. 

Saat itu, Aku adalah seorang penunggang kenangan dengan saku penuh keinginan, yang sangat mengharapkan kau untuk ikut ke negeri fantasi yang ku ciptakan, lalu tidak butuh waktu lama untukmu mengiyakan, kita terbang melesat menuju bintang, menyulap kumpulan meteor, pecah menjadi kembang api.

Hari ini, aku tersesak, menanak tangis pada satu dimensi, tempat orang-orang menyesali arsip dokumentasi penuh potret yang terekam rapi dalam memori, berharap semua semua menghilang dengan satu ketikan jari.


#30dayswritingchallenge day3 - a memory


December 3, 2020

#30dayswritingchallenge day 2 - things that makes you happy

Sore ini aku sudah duduk manis di sebuah tempat kopi dan memesan satu gelas americano yang masih hangat, laptop, asbak, rokok, dan ponsel berjejer di sekitar gelas di atas meja di depanku, di meja lainnya, mataku menangkap sekumpulan orang-orang usia kira-kira dua puluhan tahun saling bercanda tertawa, heboh hingga kebisingannya sedikit mengganggu pengunjung lain, aku melihat mereka dan menghela nafas sambil berkata dalam hati “aku pernah seperti itu, dulu, tertawa selepas itu tak peduli malu” 

Aku bahkan lupa, kapan terakhir kali aku bisa melebarkan senyum seperti itu, tertawa dengan lepas dan melupakan tumpukan masalah dewasa yang semakin hari semakin menambah, aku juga tidak tahu apa yang muncul di kepalaku, ketika ada pertanyaan tentang bahagiaku, sebab bahagia juga sifatnya berubah, kadang kau bahagia karena hal yang kau inginkan benar-benar tercapai, atau kadang hanya karena hal-hal indah kecil yang mampir tanpa kau harapkan, untukku sekarang, bisa menyelesaikan tantangan menulis 30 hari ini saja mungkin aku bisa bahagia.

Ada masa dimana menjadi alasan orang-orang bahagia adalah kebahagiaanku, di mana aku menjadi “badut”, melontar lelucon dan melihat tawa bergemuruh mengepung seisi ruangan dari arah bangku kumpulan penonton, mengakhiri pertunjukan dengan menerima tepuk tangan dari banyak orang, dan berada di panggung yang sama dengan orang-orang hebat dalam bidang ini, tapi aku juga sadar kalau bahagia sifatnya tidak permanen, jadi setelahnya, aku menemukan bahagia dari tempat yang lain, untuk orang-orang yang ku singgahi hatinya, misalnya. aku bahagia ketika melihat ponsel dipenuhi tumpukan pemberitahuan pesan, sekedar bertanya kabar, mengingatkan makan, ataupun menyepakati waktu untuk rencana menonton bioskop dan berkaraoke. 

Saat ini aku merasa sudah harus memilih bahagia lebih bijak, mengerti bagaimana definisi bahagia versi seorang yang hidupnya dipenuhi penyesalan, kesulitan, dan kekosongan. dari hal-hal terkecil yang bisa kudapat saat bangun pagi di rumah, melihat sarapan yang Ibu selalu siapkan di atas meja, menertawai Ayah yang senang melihat hal lucu di ponselnya, membeli martabak saat dalam perjalanan pulang sehabis gajian kemudian menyantapnya bersama-sama, menonton serial komedi sambil menyeruput kopi, menemui teman lama, dan bercerita ringan perihal rumah tangganya, 

sesederhana itu saja, sebab aku yakin, Tuhan masih mempercayaiku dengan bahagia yang sederhana, hingga nanti aku dipercayai untuk bahagia yang lebih besar dari yang aku kira.



#30dayswritingchallenge day 2 - things that makes you happy



December 2, 2020

#30dayswritingchallenge - Describe your personality

Aku suka membayangkan kalau suatu hari aku sedang di kamar, tiba-tiba Hagrid datang menggedor pintu dan mengajakku ke hogwarts untuk ikut sekolah menjadi seorang penyihir seperti Harry potter, tapi aku terlalu jauh berkhayal hingga akhirnya memutuskan untuk menyihir lewat ketikan kata saja, berlajar autodidak bermodalkan buku tebal terjemahan novel Harry potter, yang dulu pernah aku baca, tanpa bantuan professor Mcgonagall ataupun Dumbledore.


Aku sendiri bahkan kesulitan mendeskripsikan aku, sebab aku adalah orang yang gampang hanyut dalam arus, suatu hari kau mungkin akan menemui aku dengan penampilan yang urakan, membiarkan rambut tumbuh panjang tanpa sisiran, kaosan celana jeans robek dan sepatu murahan, mungkin juga kau akan temui aku dengan seragam menyingkap setelan rapi karena tuntutan pekerjaan, yang pasti aku selalu mengenakan gelang dan jam tangan, aku juga tak terlalu memperhatikan penampilan, dan kekurangan berat badan. 


Berapa tahun belakangan aku menjadi seorang penyendiri, lebih memilih tersesat lebih lama dibanding harus bertanya arah jalan, di sela pekerjaan lebih memilih rebahan sambil menonton film dan serial, aku bisa menghabiskan hari dengan duduk didepan laptop saja, entah untuk urusan apa, bermain game, menyetel musik, atau menonton netflix, menggulir kategori alat musik dan elektronik di marketplace, padahal tau akhirnya tidak pernah akan membeli, internet adalah teman terbaik saat lingkaran pertemanan semakin menyempit. 


Belakangan aku juga memiliki kadar ignoransi yang tinggi, mungkin dulu juga, tapi tidak seperti sekarang, mungkin dulu lebih tidak menyukai aturan formal yang biasanya aku sering temui di kampus saat kuliah, seperti harus berpakaian yang lebih sopan saat masuk jam kuliah, tapi aku tidak melakukannya, ataupun aturan tidak masuk akal "menurutku" lainnya. kalau sekarang aku lebih kurang peduli dengan obrolan hangat, ataupun isu terbaru media, politik, trending topik atau apalah, kecuali tentang film, aku sangat bersemangat sekali jika bercerita tentang film. 


Daftar putar dalam aplikasi lagu ponsel juga mungkin penting untuk mendeskripsikan aku, karena aku percaya kalau apa yang didengarkan mempengaruhi cara berfikir seseorang, secara umum, aku mendengarkan banyak jenis musik, pop, rock, dangdut, metal,  kpop, you name it. Tapi jika di tanya yang paling mendeskripsikan, aku suka sekali musik yang tipikal rock’n roll tua british seperti beberapa lagu the beatles dan rolling stone, musik yang selalu bisa kunikmati dalam keadaan apapun. Kalau sekarang, daftar putarku terbagi menjadi tiga kategori, yang pertama diisi dengan lagu-lagu seperti yang kusebutkan tadi, beatles, stones, oasis, radiohead, dasarnya kebanyakan dari band british pop dan rock era 70an sampai 90an. Aku menyebutnya "musik tempat kembali", karena aku bisa mendengarkan ini dalam keadaan apapun. Kategori kedua aku namai dengan "gloomy", ini aku dengarkan ketika sedang sendu, menikmati mendung sore dengan kopi, kebanyakan band indie dari indonesia yang aku pilih sendiri, Danilla, efek rumah kaca, mocca, frau, tapi ada juga beberapa dari jay jay johanson, dan lainnya. Dan yang ketiga aku menamainya dengan "suka-suka", isinya 3 album trilogi terakhir dari the changcuters, visualis, binauralis, dan loyalis. Beberapa lagu arctic monkey, morrisey, sheila on 7, dan banyak musik yang aku suka membuatku kebingungan menaruh di kategori mana, jadi ku taruh disini saja. 


Apalagi, ya?


#30dayswritingchallenge day - 1A




                                                                           ah, foto saja!

December 1, 2020

#30dayswritingchallenge day 1 - keresahan


 Hari pertama di bulan desember, hari ini aku punya waktu luang untuk menceritakan keresahan, dalam rangka upaya untuk diri sendiri agar waras kembali, muncul sebuah pemikiran untuk menantang rasa malas menekuni rutinitas yang begitu-begitu lagi, aku datang dengan tantangan menulis tigapuluh hari. 

 

Ini adalah isi kepala yang tumpah begitu saja, melalui bibir seorang yang gemar mengeluh kekanakan, aku berbicara perihal hidup yang menjadi membosankan, Ketika aku tak menemui lagi ketertarikan kepada dunia yang setiap hari dipenuhi drama, sementara ketulusan hanya topeng yang dipakai manusia sesaat setelah ia melangkah keluar rumah. bahkan potret wajah senyum yang sengaja dibagikan melalui social media seolah memberitahukan, kalau wajahku lebih baik dibanding kalian. Orang-orang merelakan waktu tidur mereka tercuri, demi melihat semua kepura-puraan dari orang-orang yang mereka ikuti. ramah-tamah hanya dimiliki orang-orang terpilih yang sulit untuk ditemui, dan hanya keluh kesah yang gemar mampir lalu Lalang, ke dalam kepala-kepala manusia, masuk begitu saja ke dalam rumah, terbawa badan yang ikut ditenggelamkan pada empuknya kasur di kamar.

 

Entahlah, mungkin satu komponen dalam diriku sudah ada yang rusak, karena aku mulai merasa terganggu dengan tingkah-tingkah sebagian orang yang begitu melulu, dengan penuh percaya diri, berjoget riang di depan ponselnya, memamerkan lekuk pinggul dan belahan dada, berparodi hingga memaki, membanggakan diri dan berlomba mendapatkan pengunjung tertinggi, menasehati, memberi motivasi seolah hidupnya yang paling berarti.

Semua terasa menyebalkan, seolah mereka tak memberikan pilihan tontonan, tentang selera yang kita butuhkan. Mungkin saja memang, aku yang tidak siap dengan ini semua, sehingga memukul rata seluruhnya, saking banyaknya populasi manusia seperti mereka.

 

Terkadang, kita terlalu sibuk menggulir garis waktu media sosial, melihat kabar terbaru dari orang-orang, sementara lupa dengan kabar sendiri, lalu ku tulis ini dalam upaya untuk waras kembali.

 


#30dayswritingchallenge day 1 - keresahan