March 29, 2013

Sebuah cerita bermakna dari anak bernama Rudy




Rudy adalah bagian dari keluarga kecil yang tinggal disalah satu sudut kota Jakarta.ia tinggal bersama ibunya yang sakit-sakitan.semenjak ditinggal mati oleh ayahnya,Rudy harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan sehari-hari serta biaya pengobatan ibunya.
Setiap hari keluarga kecil ini sarapan dengan nasi goreng.tentunya nasi goreng itu berasal dari sisa nasi kemarin malam.bukan seperti nasi goreng yang lazim ditemui,ia hanya membumbui nasi dengan garam dan kecap.baginya satu butir nasi sangat berharga.terkadang, jika ia sedang bernasib baik,ia menambahkan telur untuk ia dan ibunya sarapan.

Hingga tiba suatu hari dimana ibunya tak mampu lagi menahan sakit.dan tabungan Rudy pun tak cukup untuk memenuhi biaya pengobatan ibunya,kemudian ibunya juga meninggal.
Selepas dari pemakaman Ibunya, Rudy berjalan tertatih ke sebuah mesjid untuk mempertanyakan kepada Tuhan,mengadukan keluh kesahnya didalam sujud.Air matanya tak terbendung diantara gerakan sholat.
Dari jauh,seorang pria tua melihat kearah Rudy disela tahyat akhir.usai sholat,Pria tua itu menghampiri Rudy dan mengelus pundaknya.

“Apa yang membuatmu menangis nak?” tanya pria tua tersebut.
“Aku sedang mengalami masa terberat dalam hidupku pak,aku tak mengerti dan tak bisa terima dengan rencana Tuhan memberiku takdir seperti ini”.Rudy menjawab diiringi dengan air mata yang keluar dari matanya.

Sontak Pria Tua itu tersenyum dan berkata “Rumahku tak jauh dari sini,singgahlah sebentar untuk minum teh,mungkin ini bisa sedikit membantumu”
“Terimakasih Pak”. jawab Rudy

Dirumah Pria tua itu Rudy disuguhi teh hangat.
“minumlah!” seru pria tua itu

Satu tegukan teh itu membuat Rudy memuntahkan minumannya kelantai dan kemudian bertanya.
“Pak Tehnya sangat asin,apa kau memberikan garam untuk Teh ini?”

“Iya,aku memberikan satu sendok garam ke Teh itu” Jawab pria tua itu.

Rudy tiba-tiba bingung.kemudian pria itu mengambil ember yang terisi penuh oleh air dan menuangkan satu sendok garam juga kedalam ember tersebut,lalu kemudian mengaduknya.

Sekarang coba kau minum air yang ada di ember ini!,aku juga memberikan satu sendok garam ke dalamnya” seru si Pria Tua.

Rudy meminumnya.kemudian ia berkata
“tidak terlalu asin,pak”

“Nah sekarang bagaimana jika aku menaburkan satu sendok garam juga ke sebuah telaga dan kemudian mengaduknya? Bagaimana rasanya” Tanya Pria itu

Rasa asinnya tidak akan terasa pak” jawab Rudy.

Pria tua itu tersenyum dan berkata
“nah,itu dia.sekarang,bayangkan apapun masalah yang terjadi padamu adalah garam itu.dan wadah yang terisi air adalah hatimu. Intinya adalah semakin besar wadah itu,maka rasa asinnya akan semakin berkurang bahkan hilang, maksudnya disini, semakin besar kau bisa melapangkan hatimu untuk masalah yang menimpamu,maka, semakin kecil kau merasakan sakit untuk apapun masalah yang menimpamu”.






March 9, 2013

Singkat saja antara kau dan aku

Terkadang, kebahagiaan menghampiriku saat melihat bibir mu membentuk setengah oval dan merangkai senyum dari kejauhan.

Tapi, mereka semua dikalahkan oleh rasa sakit jika menyadari bahwa senyum yang rangkai itu,tak lagi berasal dari lelucon dan tingkah bodohku.

 Kau..
kulihat sekarang kau bahagia, serius memerankan asmara untuk orang yang kau pilih menjadi bahu tempatmu berlindung,

Aku..
Aku juga memerankan drama, dimana aku berpura-pura tegar berjabat tangan dengan pria-mu.

Ruangkosong




March 1, 2013

Luka baru dan memori indah sebuah cafe kecil


Takdir memang terkadang kejam.tak tentu waktu memangkas habis kebahagiaan yang baru saja aku coba nikmati.

Beberapa jam yang lalu aku duduk disebuah cafe kecil tempatku memanjakan keinginan mata untuk keindahan dunia.aku baru mencoba melupakan kisahmu untuk hal yang baru.ditemani secangkir kopi yang sudah tak lagi hangat.tapi dikepalaku,kopi itu seolah bertanya “kenapa digelasku hanya ada jejak sepasang  bibir?.,kemana perginya sepasang bibir lainnya?”.

Dulu memang kita sering menyeruput secangkir kopi berdua di cafe ini.diiringi nyanyian hujan sendu yang kita intip melalui jendela.tepat dimeja ini. Meja tempatku menulis tulisan ini.cerita canda dan tawa tangis dan bahagia membekas indah disetiap sudut diantara meja meja cafe ini.

Saat aku menulis cerita ini, aku mencoba tersenyum dan mengikhlaskan untuk  kebahagiaanmu.namun tiba tiba, diantara keramaian disekitar pintu masuk cafe,aku lihat lingkar senyummu terukir indah. tangan mungilmu yang dulu sering ku genggam, kulihat digenggam erat oleh seorang pria. Pria tempatmu menyimpan sisa separuh hatimu yang dulu pernah kau berikan kepadaku
.
bahkan kau seolah tak ingin melihatmu. aku bisa apa?
 
“Baru saja aku melepas memori indah tentang kita bersama,pergilah..! aku ikhlas. ,tapi kemudian kenapa kau datang membawa luka yang baru?”