April 3, 2016

Telungkup

Untuk Kesekian kalinya, kutenggelamkan lagi diriku, pada irisan-irisan yang perlahan memaksa air mata membanjiri bantal. Jemari yang dulunya siaga menjadi penyanggah tiap tetesannya, kini entah kemana.
Isak yang kusembunyikan bunyinya, kian menyiksa. bentakan darinya siang tadi masih menyisa di kepala.

Lalu lagu hujan menyamarkan tangisku, nada-nadanya yang jatuh di atap menghiburku, kupenjamkan mata dan berharap tidurku berbunga. Mimpi yang indah, sebab nyata terlalu berat untuk aku papah.



Ruang kosong,
Tangis kecil di kota besar.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar