merayakan kesedihan

Aku suka melayangkan fikiran jauh kepada hal-hal yang tak mungkin dijamah oleh nyata, tentang menunggu bintang jatuh dan pengharapan yang kekanakan, hingga tentang kesedihan yang menurutku juga patut untuk dirayakan.

Suatu hari, aku tenggelamkan raga pada lembutnya kasur di kamar,
mengarahkan pandangan ke langit-langit, mendengarkan lantunan lagu-lagu yang sulit difahami maksudnya, dan menemukan kata demi kata untuk lanjutan cerita yang di reka oleh otakku. untukku, tak ada salahnya merencanakan ending kisah yang kita mulai sendiri, meski pada akhirnya rencana itu hanya tinggal rencana, banyak yang berubah seiring waktu, banyak belokkan yang minta bertemu, sehingga keadaan menjadi semakin sulit untuk dihadapi, bahkan difahami.

Ujungnya, sedih juga yang harus ku dapat, menjamu kesal dan sesal menjelang mata terpejam, dan memadu padannya pada malam yang temaram.

Lalu, sejauh mana kesedihan yang patut untuk dirayakan, bagaimana cara terbaik untuk tenggelam dalam pesta pemakaman kebahagian, cukupkah dua gelas berisi kopi tanpa gula kita sulang, yang sudah pasti pahit pada sesapan pertama hingga akhir?

Aku pernah menelungkup, menyembunyikan isak tangis diantara malam yang gerimis, menggerus luka dengan memukul dinding, hingga berfikiran menenggak racun serangga ditengah kamar yang hening.

Aku pernah membanjiri bantal dengan air mata, meronta pada malam yang tersisa, hingga fikiran jauh menindih tentang menyayat nadi.

Belum kutemukan, cara terbaik merayakan kesedihan, sementara pesta belum usai, banyak sedih yang masih berdatangan.

Pada akhirnya, aku sadar, merayakan kesedihan yang paling meriah, adalah menuju kebahagiaan,

Pada dasarnya, kita semua sedang dijalan, pesta akan usai setelah kita tiba pada titiknya.


Ruangkosong

Merayakan kesedihan