December 18, 2023

Maaf

Entah mana yang lebih buruk, tidak memuatmu menjadi bahagia atau kebodohanku yang akhirnya membuatmu selalu terluka. 

tinta dari seluruh darah yang aku punya mungkin juga tidak akan cukup untuk menuliskan betapa banyak kesalahan yang telah aku buat untukmu. masih tersimpan rapi, memori tentang pecah tangismu sambil menepuk-nepuk punggungku diperjalanan sebelum akhirnya kau kuantar pulang, yang sampai saat ini selalu membuat nyeri pada bagian dada ketika ketidak sengajaan memaksa mengingatnya.

hidup mengantarkanku pada masalah-masalah dewasa, namun tidak ada satupun mahkluk Tuhan yang aku percayakan tentang cerita ini selain padamu.

 Sekarang, kau sudah bahagia. aku tak mungkin punya tempat untuk menitipkan keluh kesah diantara rencana-rencana baikmu dengan orang yang saat ini bersamamu. Berbahagialah! kau pantas mendapatkannya, karena aku tidak becus membuatmu bahagia. 

malam ini aku menangis dalam doa, meminta maaf untuk semua kesalahan yang pernah aku lakukan, menebus setiap air mata yang kau jatuhkan, menukarnya dengan rasa bersalah yang menghimpit badan.

tulisan ini bisa lebih panjang, jika mengingat kesalahan yang aku lakukan. karena bagaimanapun kerasnya dunia menghantamku Tahun ini, ingatanku tetap akan kembali kepadamu, orang yang wajahnya sampai saat ini memenuhi galeri ponselku, meski sudah tak lagi saling sapa dan bertemu.


Aku merasa apapun tentang kita tidak hilang,

 walaupun sudah mati dan dikuburkan, tapi aku masih akan sering berkunjung, manabur bunga dan menyiramnya.

maaf, ya!

August 10, 2023

Obliviate

 


Aku masih hidup, dengan mata sayu memandangi tembok kamar, meratap dan menggenangi pipi dengan air mata yang belakangan menjadi sering sejak semua kehilangan yang bertubi-tubi aku terima. 


Malam ini aku merelakan sebagian kesadaran, menuruti kehendak emosi yang tidak karuan, menghantam diri berkali-kali dengan tangan sendiri, sempat terbesit keinginan untuk mengakhiri, kemudian ku nyalakan sebatang rokok untuk menemani perjalanan tulisan ini. Entah kemana akan terhenti, yang jelas aku sungguh sedang tidak baik-baik saja, semua kekacauan melingkar di kepalaku, seorang yang sekarang akrab dengan air mata, insomnia, serangan panik dan kerusakan mental lainnya.


Semua bermula saat aku kehilangan semuanya, 

Aku kehilangan kau, aku kehilangan pekerjaan, aku kehilangan diriku, yang harusnya saat ini sedang tertidur dalam balutan ucapan selamat tidur darimu yang sudah tidak ada sejak keputusan yang aku buat beberapa bulan lalu.


Malam ini, hujan datang, bersamaan dengan rindu yang menghimpit di pundak, bodohnya aku malah membawa diriku tenggelam pada video-video yang pernah kita buat dulu, melihat betapa bahagianya kita, pecahlah air mata, memupuk sesal dan kesal yang tumbuh seiring malam yang semakin dingin.


Aku benar-benar kacau, aku membuat kekacauan lagi, dan kali ini kau tidak ada disebelahku, untuk bilang “semua akan baik-baik saja” dengan hangat peluk dari ketulusanmu. Kemana harus aku bawa tubuh ini lagi? 


Aku benar-benar sendiri, semua yang aku lakukan adalah membuat orang-orang kecewa, Ayah dan ibu, kau, dan semua orang yang mengenalku. 


Tak ada lagi tempat untuk aku disini.


Ayah bilang “kau orang baik, dan aku tidak baik” maka kita tidak akan bisa bersama seiringan, “perbuatan sendiri, tanggung sendiri, silahkan jalani sisa hidup dengan penyesalan. 


Ibu bilang “ia sudah capek dengan tingkah yang aku buat, mau mati atau hidup, terserahlah”


dengan itulah aku hidup sekarang, menunggu mati yang sudah aku percepat dengan melakukan hal-hal yang gila, mengkonsumsi sesuatu yang bikin aku menderita, biar tidak ada lagi yang aku buat kecewa setelahnya. 


Dengan semua yang telah terjadi aku benar-benar meminta maaf, aku tak bisa memantaskan diri untuk mu, seoarang yang terlalu sempurna untuk aku yang dipenuhi tingkah. Aku tak bisa jadi anak yang dibanggakan orang tua, tidak bisa menjadi manusia yang berguna untuk sekitarnya. 


Terimakasih untuk semua yang menyempatkan aku dalam ingatannya, sekarang kalian boleh lupa. 


Obliviate!

March 12, 2022

surat untuknya

harusnya ini di post tanggal 28 januari, tapi sudah aku kirim langsung ke orangnya, sekarang sudah maret, mari mulai kembali mencoret.


Untuk perempuan paling banyak cerita sedunia


dari aku, laki-laki paling ceroboh se-Pekanbaru, 


sebentar, diam dulu, giliran aku yang ngomong sekarang, izinkan aku bercerita sedikit tentang sebuah anugerah, betapa kamu sudah memasuki kehidupanku, memberi warna menjadi candu, layaknya bunga yang dihinggapi kupu-kupu, tentang asmara yang terjalin, pasang surut, setiap sudut romansa dengan latar suara syahdu yang kita berdua suka, menjadikan cerita indah di langit-langit kepala.


hari ini datang juga

aku bangun lebih pagi untuk mempersiapkan ini semua, di tengah kantuk yang luar biasa, kunjahit deretan aksara untuk meminta disukai oleh pembaca tunggalnya, iya, kamu maksudnya. 


ingat, 

hari ini kamu berusia duapuluh empat, jangan lupa memanjat syukur karena diberi banyak nikmat, dorong segala hajat dengan usaha yang kuat, menjadi lebih kuat dan lebih hebat. jangan memusingkan hal yang tidak perlu, aku ada disamping kamu, selalu, menjadi bahu untuk semua jenis lelahmu. 


ingat, 

kau punya aku, aku mengenalmu melalu ribuan huruf-huruf yang berterbangan di jagat maya, kala itu menyangkut, sebuah puisi dan elegi yang tengah menangisi kesepian, kau datang sebagai hujan yang menghantam kemarau berkepanjangan, memberi hidup pada imajinasi dan ekpektasi yang aku ciptakan. 


aku mengenalmu dalam banyak peranan, pernah beberapa waktu aku menemui seorang yang manja merasuki tubuhmu, seperti anak kecil yang bergantung di tanganku, mengeluhkan hal-hal yang tidak perlu.

di lain waktu, kau menjadi tangguh penuh mandiri menyeluruh, memikul beban-beban seorang dewasa dan mahir mengasuh. berbahagia dengan kadar yang ukur sendiri, meski kesedihan menghampiri.


ini tentangmu, Perempuanku.

Tengku Malinda Ika fitri, yang sedang berulang tahun hari ini. seorang penuh khayal di sudut kepalanya, ibarat pasar malam yang ku inginkan untuk tersesat di dalamnya. kau sudah menjadi hebat hingga sampai ke usia duapuluh empat, selanjutnya mari menambah angka denganku, menghabiskan sisanya.


dari aku, laki-laki paling ceroboh sepekanbaru.


May 30, 2021

untukmu yang tengah lelap tertidur

Untukmu yang tengah lelap tertidur


Aku tengah terjaga sendirian, mengulang-ulang ingatan yang baru saja kita ciptakan, seperti terpatri, mata yang sedikit menyipit kala senyum tersembunyi di balik masker putih, diantara tawa canda yang mengudara karena ketidakwarasan pada kita, dua manusia yang lupa kalau dunia ini tak hanya milik kita saat sedang jatuh cinta. Hal kecil seperti menentukan arah jalan kiri atau kanan menjadi bahan tertawaan yang panjang, waktu kau bilang "belok kiri" tapi menunjuk jalan ke kanan, tentang perjalanan yang tak punya tujuan hingga akhirnya memilih untuk menonton bioskop saja menjadi putusan. 


Malam ini, ingatanku melayang pada pertemuan pertama saat aku memutuskan untuk mencintaimu, waktu itu, aku hanya seorang pecandu dini hari yang kerap menghujani fikiran dengan banyak puisi, seorang yang ahli memeluk diri sendiri untuk terlepas dari jerat cerita tentang patah hati. Lalu kemudian kau datang membawa pelangi dalam mata yang berlapis bingkai kaca sehingga memberi kehidupan dalam dadaku yang sudah lama gersang. Kupu-kupu berterbangan menyambut pelataran yang perlahan diisi oleh bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cepat, awan menjadi cerah, dan sejak itu hidupku berubah.


Semakin kesini, semua menjadi semakin indah, cinta semakin bertambah dan rindu setiap hari bertumbuh meski saat kau hanya beberapa jengkal di hadapanku, aku menjadi pecandu bayang-bayang masa depan rencana yang ingin di lakukan, aku ingin ini dan itu semuanya bersamamu, menyempatkan diri memandangi foto yang kau kirimkan, untuk menikmati pesona binar jingga pada matamu.


Untukmu yang tengah lelap tertidur,

Aku ingin menjadi penonton tunggal saat kau terpejam, memperhatikan setiap sudut bentuk wajahmu yang sudah kupastikan menjadi pemandangan favoritku, yang bisa kupastikan pula tak akan menemui kebosanan, meski nanti, sudah ditambah keriput dan uban.


Untukmu yang tengah lelap tertidur

Perkenankan aku mengucap terimakasih, untuk ada, bersedia tinggal dalam dada, menjadi degup dalam hidup, memberi hangat dalam dekap dan peluk, mengisi ruang dalam kekosongan, melengkapi ketidaksempurnaan, dan memilih aku.


Terimakasih


Aku mencintaimu

Sekali lagi, aku mencintaimu


❤️TMIF





March 5, 2021

dia

 Suatu malam, seseorang menyelinap masuk ke dalam hatiku, duduk manis lalu kemudian berhembus hilang, membawa kunci bersamanya, sehingga aku kesulitan membuka kembali hati untuk orang lain yang coba memasuki dengan sengaja. siapa yang sangka perjalanan hidup memanggilnya kembali, seseorang yang selalu betah bercerita tanpa arah hingga jarum jam berputar berlawanan arah, lalu ku jemput ia bersamaku, untuk kemudian mengulang kembali hal-hal menarik yang menjadikan kita sepasang unik, bercanda tentang politik hingga bertemu titik.


"hai, aku mau daftar jadi caleg"


sudah hampir dua tahun, dan ia masih saja bisa tertawa dengan lelucon yang sama, tentang benci yang ku artikan sebagai benar-benar cinta, tentang lelucon murahan lainnya yang aku sendiri bahkan tak tau arahnya kemana, dan aku juga masih menjadi penikmat setia, cara ke"tidak jelas"annya mengutarakan kalimat. suara tawanya yang khas masih menjadi bagian favoritku. suara itu pula yang selalu terngiang saat aku lengang sehingga terkadang, saat kemarin ia hilang, aku menggali-gali setiap sisa kenang, untuk sekadar memeluk bayang.


"ketemu yuk! ada banyak hal yang ingin aku ceritakan"


 Getaran itu masih sama, saat mataku menangkap keceriaan dari raut wajah yang ia hadirkan, dan genggaman tangan yang menguatkan untuk kita memutuskan, memulai kembali untuk saling memegang janji dalam ikatan. kita berbincang, mulai dari mengulang kenang, hingga ia yang bangga karena pernah memberanikan diri  menoton bioskop sendirian. dengannya, waktu terasa sangat cepat berlalu, tau-tau malam, dan kita harus segera kembali pulang.


Di waktu lainnya, ia memberi kejutan, mendatangi tempatku bekerja yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya untuk memberikan bungkusan berisi cemilan dan minuman, lengkap dengan surat dan catatan manis yang mengagumkan, aku takjub, seperti sihir, seketika lelahku hilang, lalu aku putuskan mengajaknya menghabiskan senja dengan berbincang. 


"Aku tak pernah lakukan ini untuk pria manapun"


Katanya. 


Aku bahagia pada tiap pertemuan yang ada, pada tiap genggaman tangan yang tercipta, menyantap makanan bersama, berfoto dengan banyak macam gaya, tiap langkah saat mengelilingi mall meski tak berbelanja, membaca sampul dan buku yang terbuka di toko buku di balik rak-nya, melihat-lihat hal unik di toko serba ada, menyatakan perasaan cinta pada tiap eskalator yang menyala, pelukan erat dari belakang di atas motor ketika mengelilingi kota, bernyanyi dan berteriak di jalanan layaknya orang gila, obrolan tak jelas yang mengudara, emoticon dan lelucon aneh di obrolan whatsapp kita, ucapan ucapan selamat yang jarang terlupa, percakapan melalui telepon ditengah rasa ngantuk yang luar biasa, hingga larut malam berjam-jam lamanya, suara tawa dan semua yang ada.


Aku bahagia. 

 


Aku ingin meyakinkan, kalau pertemuan kali ini sudah di sertakan dengan kedewasaan, sehingga semua kecemasan yang menjadi momok menakutkan tidak lagi menjadi kekhawatiran yang mengganggu, lalu mengendarai keegoisan kita seperti saat itu.


 Melalui deretan ketikan ini, aku sampaikan terimakasih, karena kepulanganmu adalah hal yang paling aku tunggu sejak lama, kau tak hanya mewujudkannya tapi juga kau datang sebagai seorang yang lebih siap dari sebelumnya, setidaknya seperti itu yang aku baca. aku pun tak akan membuat ini semua menjadi sia-sia, langsung saja ku tata kembali semua, merapikan tempat untukmu yang akan kupastikan menetap lama.



Pekanbaru

februari 2021

tmif





December 5, 2020

30dayswritingchallenge day 4 - places i want to visit

 Aku adalah sehelai daun yang gugur dihembus angin, terbawa ke tempat yang tidak pernah ku seleksi jatuhnya dalam daftar ingin. Dua puluh tujuh tahun hidupku, banyak tempat yang pernah aku kunjungi, namun tidak pernah sama sekali aku menyimpan daftar keinginan tempat tempat yang akan ku datangi. Aku suka berkelana tanpa peta, dimana kejutan menanti di depan mata, melepas penat di tempat-tempat singgah, yang mungkin bisa jadi lebih menyenangkan dari tujuan utama.

 Beberapa destinasi sudah ku singgahi, pada tiap pijakannya menyimpan kesan tersendiri, panorama pantai, dedaunan hijau, kemacetan jalanan dengan gedung-gedung tinggi, pekat sekali dalam ingatanku, seorang yang bodoh membaca arah jalan, bahkan tak jarang aku tersesat dalam arah perjalanan pulang ke kost-an, waktu aku baru mulai hidup di Jakarta beberapa bulan.

 

-       Bandung


Akhir tahun lalu, aku masih bekerja sebagai videografer untuk pemburu kuliner di sekitaran Jakarta barat, banyak tempat di Jakarta yang aku kunjungi karena pekerjaan, jajanan pinggiran jalan, sampai restoran mahal, pekerjaan ini pula membawaku ke Bandung, dan Bandung adalah tempat yang memberi kesan selalu memanggil pulang, aroma hujannya, nasi goreng di Astana Anyar, mie baso akung, dan menikmati kehangatan ronde jahe di seberang tempatku menginap di Pasir kaliki. 



 

-     Palembang


Kota kelahiranku, setelah harus pindah ke Pekanbaru, aku tak pernah lagi kembali kesana, kota tempatku belajar membaca, menulis, berbicara, dan semua petualangan tentang pengalaman pertama. Mungkin akan seru jika aku bisa kembali kesana, melihat tempat-tempat yang pasti sudah jauh berbeda.


 

Tempat tujuan lainnya adalah tempat yang belum pernah ku kunjungi, mungkin bukan kota, tapi tempat-tempat yang ingin sekali aku kunjungi untuk menuruti kepuasan batin tersendiri, seperti museum-museum unik, jejak jejak peninggalan sejarah musik di Inggris, atau juga tempat-tempat terkenal yang kebanyakan orang masukkan dalam daftar keinginannya juga seperti, Shibuya di Jepang, Gangnam di Korea, dan suasana jalanan di Eropa, siapa yang tak ingin kesana, kan?