Aku tertatih berusaha melangkah dengan kaki yang
gemetar,mengejar kebenaran mimpi buruk yang baru saja kuterima .laju lariku
dibantu hembusan angin dan iringan air mata yang bercucur deras hingga ku
sampai didepan pintu yang menurutku ini seperti neraka.aku menggila,panik,tak
tentu bertingkah.ini mimpi buruk,sangat buruk.aku berusaha tenang.
Ini sudah tiga jam.aku masih saja dihantui
kepanikan yang tak bisa kukendalikan.semua yang ada disini berusaha
menenangkanku.aroma khas obat menusuk dihidung.orang orang berpakaian putih
berlalu-lalang disekitar sini.sementara dibalik pintu ini adalah dia.dia yang
di baluti perban dikepalanya.selang dan rangkaian alat alat membungkus dan
terpasang di leher maupun ditubuh mungilnya,dan dikelilingi oleh orang orang
dengan penutup mulut.
aku hanya bisa melihatmu dari celah dinding kaca
yang sangat buram,kau tampak kaku,tak bergerak.bahkan aku tak bisa mendengar
rintihan tangismu.sejuta doa kupanjatkan malam itu,harapan besar sangat
kunantikan.
"Tuhan, aku benar benar belum siap melepasnya
kehadapanmu.aku masih rindu senyum manis darinya.aku masih rindu tawanya.aku
masih ingin mengejutkannya dengan rangkaian rayuan indah disetiap paginya.aku
mohon tuhan,berilah kesembuhan untuknya.biarkan ia menikmati senja lebih
lama.aku berjanji akan menjaganya dan membawanya kepada kebahagiaan sebelum
menemuimu".
Hari Pertama di Rumah Sakit Ibnu Sina Pekanbaru
Aku rindu senyum sapaan pagimu
-Ruang Kosong-
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar