Rudy adalah bagian dari keluarga kecil yang tinggal disalah satu sudut kota Jakarta.ia tinggal bersama ibunya yang sakit-sakitan.semenjak ditinggal mati oleh ayahnya,Rudy harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan sehari-hari serta biaya pengobatan ibunya.
Setiap hari keluarga kecil ini sarapan dengan nasi goreng.tentunya nasi goreng itu berasal dari sisa nasi kemarin malam.bukan seperti nasi goreng yang lazim ditemui,ia hanya membumbui nasi dengan garam dan kecap.baginya satu butir nasi sangat berharga.terkadang, jika ia sedang bernasib baik,ia menambahkan telur untuk ia dan ibunya sarapan.
Hingga tiba suatu hari dimana ibunya tak mampu lagi menahan sakit.dan tabungan Rudy pun tak cukup untuk memenuhi biaya pengobatan ibunya,kemudian ibunya juga meninggal.
Selepas dari pemakaman Ibunya, Rudy berjalan tertatih ke sebuah mesjid untuk mempertanyakan kepada Tuhan,mengadukan keluh kesahnya didalam sujud.Air matanya tak terbendung diantara gerakan sholat.
Dari jauh,seorang pria tua melihat kearah Rudy disela tahyat akhir.usai sholat,Pria tua itu menghampiri Rudy dan mengelus pundaknya.
“Apa yang membuatmu menangis nak?” tanya pria tua tersebut.
“Aku sedang mengalami masa terberat dalam hidupku pak,aku tak mengerti dan tak bisa terima dengan rencana Tuhan memberiku takdir seperti ini”.Rudy menjawab diiringi dengan air mata yang keluar dari matanya.
Sontak Pria Tua itu tersenyum dan berkata “Rumahku tak jauh dari sini,singgahlah sebentar untuk minum teh,mungkin ini bisa sedikit membantumu”
“Terimakasih Pak”. jawab Rudy
Dirumah Pria tua itu Rudy disuguhi teh hangat.
“minumlah!” seru pria tua itu
Satu tegukan teh itu membuat Rudy memuntahkan minumannya kelantai dan kemudian bertanya.
“Pak Tehnya sangat asin,apa kau memberikan garam untuk Teh ini?”
“Iya,aku memberikan satu sendok garam ke Teh itu” Jawab pria tua itu.
Rudy tiba-tiba bingung.kemudian pria itu mengambil ember yang terisi penuh oleh air dan menuangkan satu sendok garam juga kedalam ember tersebut,lalu kemudian mengaduknya.
“Sekarang coba kau minum air yang ada di ember ini!,aku juga memberikan satu sendok garam ke dalamnya” seru si Pria Tua.
Rudy meminumnya.kemudian ia berkata
“tidak terlalu asin,pak”
“Nah sekarang bagaimana jika aku menaburkan satu sendok garam juga ke sebuah telaga dan kemudian mengaduknya? Bagaimana rasanya” Tanya Pria itu
“Rasa asinnya tidak akan terasa pak” jawab Rudy.
Pria tua itu tersenyum dan berkata
“nah,itu dia.sekarang,bayangkan apapun masalah yang terjadi padamu adalah garam itu.dan wadah yang terisi air adalah hatimu. Intinya adalah semakin besar wadah itu,maka rasa asinnya akan semakin berkurang bahkan hilang, maksudnya disini, semakin besar kau bisa melapangkan hatimu untuk masalah yang menimpamu,maka, semakin kecil kau merasakan sakit untuk apapun masalah yang menimpamu”.
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar