Dunia sedang tidak baik jika catatan di blog ini bertambah, dan benar saja, saat bahagia kita sering terlupa bahwa hal-hal kecil yang kita punya justru luput dari pikiran, kita terlalu sibuk menikmati perayaan-perayaan yang sebenarnya tak perlu, satu gelas milkshake vanilla bisa saja membuatmu sendu, kemudian hanyut dalam ingatan masa lalu.
Kepada pelangi
Kepada Petrichor
Kepada sisa rintik hujan yang menitik di ujung daun
Aku ingin merayakan hari ini dengan sendu
segalanya tentangmu, sembilan tahun lalu
Bagaimana kabar kamu?
Masihkah kau menyukai burger di tempat yang pernah kita kunjungi dulu? dimana aku harus memutar arah karena keinginanmu yang sangat akan burger di tempat itu.
masihkah kau kunjungi tempat siomay yang selalu kita singgahi sebelum atau sesudah menonton di bioskop waktu itu?
masihkah kau suka mengoleskan minyak telon bayi ke tubuhmu yang aromanya kau suka?
masihkah kemeja, celana, dan sepatu tali menjadi pakaian ternyaman saat kau sedang ingin keluar untuk bermain atau bertemu teman-teman? mungkin tidak ya, sebab aku lebih sering melihat mu dengan setelan yang lebih formal sekarang, walaupun tetap saja, aku tak akan pernah mengomentari gaya berpakaian yang kau kenakan, karena kau selalu cantik dengan setelan apapun.
Patah hati ini mungkin sudah berumur sembilan tahun, tapi hari ini, entah kenapa kau menyembul dari balik ingatan yang telah sekian lama aku tutup rapi. aku temukan kemeja yang kau dulu kau hadiahi. kuputuskan untuk memakainya, membawa kembali gaya berpakaian yang dulu kau suka, kaos Oasis, flannel kotak-kotak, topi dan sepatu tali. Aku keluar melewati tempat-tempat yang dulu kita lewatkan, menelusuri jalan raya dengan motor tepat di garis putih penanda jalan, yang dulu suka kau gusarkan. memperhatikan kendaraan dengan plat merah yang dulu sering kita mainkan sebagai bahan tertawaan, menghisap jempol, kemudian aku pulang bersama hujan dan lagu dari Mocca sebagai latar yang aku dengarkan.
Hari ini semesta menawarkan dinginnya untuk mengajakku bernostalgia, pastinya akan terasa lebih indah jika kau terlibat didalamnya, aku sengajakan menghadirkan magis daya senyumanmu dalam ingatan, melangitkan pertanyaan yang mungkin tak akan pernah bertemu jawaban.
"Apakah kau pernah merindukanku?"
Aku penasaran apakah hari seperti ini juga pernah datang padamu, entah aku pernah datang melalui sebuah lagu, secarik perkamen berisi puisi tentang aku, atau pun melalui hujan yang sengaja kau terobos dengan tujuan nostalgia berkedok rindu didalamnya. mungkin tidak, ya.
karena semua sudah sangat berbeda, perjalanan mengantarkan kita kepada dewasa, dan tumpukan problematika didalamnya. bahkan mungkin blog ini yang dulu sering kau kunjungi, tak lagi kau kenali.
Untukmu Sang Pemimpi.
yang pipinya semakin berisi, yang diary-nya kini dipenuhi teka-teki.
yang masih ku perhatikan melalui potongan instagram story
yang masih aku kunjungi halaman tempatmu menuliskan tentang aku dulu dalam diary sang pemimpi
yang tak pernah ku temui lagi.
jika suatu hari, tulisan ini singgah padamu, beri tau aku untuk baik-baik saja, sekali lagi. dan tak perlu menganggap ini semua adalah perasaan yang menuntut jawab, anggap saja deretan aksara ini sebagai isyarat, rindu yang hebat dari seorang yang dulu memberimu pelukan hangat, diantara hujan yang lebat.
"Sekali lagi, dan aku percaya kamu!"
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar