Suatu malam, seseorang menyelinap masuk ke dalam hatiku, duduk manis lalu kemudian berhembus hilang, membawa kunci bersamanya, sehingga aku kesulitan membuka kembali hati untuk orang lain yang coba memasuki dengan sengaja. siapa yang sangka perjalanan hidup memanggilnya kembali, seseorang yang selalu betah bercerita tanpa arah hingga jarum jam berputar berlawanan arah, lalu ku jemput ia bersamaku, untuk kemudian mengulang kembali hal-hal menarik yang menjadikan kita sepasang unik, bercanda tentang politik hingga bertemu titik.
"hai, aku mau daftar jadi caleg"
sudah hampir dua tahun, dan ia masih saja bisa tertawa dengan lelucon yang sama, tentang benci yang ku artikan sebagai benar-benar cinta, tentang lelucon murahan lainnya yang aku sendiri bahkan tak tau arahnya kemana, dan aku juga masih menjadi penikmat setia, cara ke"tidak jelas"annya mengutarakan kalimat. suara tawanya yang khas masih menjadi bagian favoritku. suara itu pula yang selalu terngiang saat aku lengang sehingga terkadang, saat kemarin ia hilang, aku menggali-gali setiap sisa kenang, untuk sekadar memeluk bayang.
"ketemu yuk! ada banyak hal yang ingin aku ceritakan"
Getaran itu masih sama, saat mataku menangkap keceriaan dari raut wajah yang ia hadirkan, dan genggaman tangan yang menguatkan untuk kita memutuskan, memulai kembali untuk saling memegang janji dalam ikatan. kita berbincang, mulai dari mengulang kenang, hingga ia yang bangga karena pernah memberanikan diri menoton bioskop sendirian. dengannya, waktu terasa sangat cepat berlalu, tau-tau malam, dan kita harus segera kembali pulang.
Di waktu lainnya, ia memberi kejutan, mendatangi tempatku bekerja yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya untuk memberikan bungkusan berisi cemilan dan minuman, lengkap dengan surat dan catatan manis yang mengagumkan, aku takjub, seperti sihir, seketika lelahku hilang, lalu aku putuskan mengajaknya menghabiskan senja dengan berbincang.
"Aku tak pernah lakukan ini untuk pria manapun"
Katanya.
Aku bahagia pada tiap pertemuan yang ada, pada tiap genggaman tangan yang tercipta, menyantap makanan bersama, berfoto dengan banyak macam gaya, tiap langkah saat mengelilingi mall meski tak berbelanja, membaca sampul dan buku yang terbuka di toko buku di balik rak-nya, melihat-lihat hal unik di toko serba ada, menyatakan perasaan cinta pada tiap eskalator yang menyala, pelukan erat dari belakang di atas motor ketika mengelilingi kota, bernyanyi dan berteriak di jalanan layaknya orang gila, obrolan tak jelas yang mengudara, emoticon dan lelucon aneh di obrolan whatsapp kita, ucapan ucapan selamat yang jarang terlupa, percakapan melalui telepon ditengah rasa ngantuk yang luar biasa, hingga larut malam berjam-jam lamanya, suara tawa dan semua yang ada.
Aku bahagia.
Aku ingin meyakinkan, kalau pertemuan kali ini sudah di sertakan dengan kedewasaan, sehingga semua kecemasan yang menjadi momok menakutkan tidak lagi menjadi kekhawatiran yang mengganggu, lalu mengendarai keegoisan kita seperti saat itu.
Melalui deretan ketikan ini, aku sampaikan terimakasih, karena kepulanganmu adalah hal yang paling aku tunggu sejak lama, kau tak hanya mewujudkannya tapi juga kau datang sebagai seorang yang lebih siap dari sebelumnya, setidaknya seperti itu yang aku baca. aku pun tak akan membuat ini semua menjadi sia-sia, langsung saja ku tata kembali semua, merapikan tempat untukmu yang akan kupastikan menetap lama.
Pekanbaru
februari 2021
tmif
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar