Diatas meja, dua gelas minuman kita tertata. Bagian luar gelas yang berpeluh jadi pendengar setia kita bercerita tentang keluh. Wajahmu yang malu-malu mulai menjadi panorama favoritku. Obrolan yang hangat mengalahkan cuaca yang siang itu terik dan kendaraan lalu lalang yang berisik, hingga akhirnya percakapan kita menemui titik.
+ : "Apa kau bersedia membantuku?"
Seketika keningmu mengkerut, seolah berisyarat heran berpadu takut. Kemudian diikuti senyum merekah, menambah satu lagi bahagia yang indah, percakapan kita mulai mencari arah.
- : "Membantu apa?"
+ : "Alasanku memesan milkshake vanilla ini adalah, aku ingin menikmati manis dari awal hingga akhir sesapannya. Aku lelah dihadapkan pada kopi berulang kali, yang hanya hangat saat pagi, ada ampas saat habis, dan tak diakhiri dengan manis.
~
Bantu aku menghabiskan milkshake vanilla ini berdua"
- : "Aku suka vanilla, mari habiskan sisanya berdua"
Senyum kita berulang-ulang hingga senja menjelang, percakapan kita memanjang. entah ini topeng yang sama-sama kita pasang, tapi aku senang, tak ada yang peduli akhir sesapan milkshake vanilla ini, kita hanya menikmati, dan berharap ini berulang setiap hari.
Terimakasih, milkshake vanilla.